Rabu, 30 Mei 2012

Keindahan Wisata Alam Indonesia

1. Comodo Island, Nusa Tenggara Timur ( Indonesia )

Taman Nasional Komodo (TN. Komodo) merupakan kawasan yang terdiri dari beberapa pulau dengan perairan lautnya. Pulau-pulau tersebut merupakan habitat satwa komodo (Varanus komodoensis) yaitu reptil purba yang tersisa di bumi. Kondisi alamnya unik, terdapat padang savana yang luas dengan pohon lontarnya (Borassus flabellifer).


 2.Kelimutu, Nusa Tenggara Timur ( Indonesia )

Gunung Kelimutu adalah gunung berapi yang terletak di Pulau Flores, Provinsi NTT, Indonesia. Lokasi gunung ini tepatnya di Desa pemo Kecamatan kelimutu, Kabupaten Ende. Gunung ini memiliki tiga buah danau kawah di puncaknya. Danau ini dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena memiliki tiga warna yang berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Walaupun begitu, warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu.



Sabtu, 26 Mei 2012

Puisi Alam

Bagian 1:
 
Hembusan angin di siang hari
Dikala matahari menyinari bumi
Hawa panas menyapu benua
Menghempaskan aku ke alam yang panas
Sang malam dan kegelapan
Menyelam kelam dalam kedinginan

Udara putih yang menerpa tubuhku
Laksana seribu jarum menusuk pori-poriku
Hingga bibirku bergetar sangat keras,
seakan hendak merontokan seluruh gigiku
Jari jemari tanganku
Jari jemari kakiku
Pucat berkerut seakan tak bernadi
Mungkinkah jari jemariku telah mati ?


Bagian 2:

Terang berbinar mataku memandang
Cahaya rembulan sejuta keindahan
Menghiasi kegalauan semesta alam
Dengan sinar Anugerah Tuhan,
yang bertahta tinggi di ujung daun pepohonan

Aku bangkit dari duduk kebimbangan
Berdiri tegak menyatakan perang, menantang penyakit alam
Pembalakan hutan, para penebang liar
Aku muak melihat tingkahmu mengusik alam

Bangkitlah… bangkitlah… rakyatku sayang
Suara Negeri menyapa alam
Menyadarkan aku, bahwa dunia diambang kehancuran
Rakyatku sayang, negeriku malang
Hilang kelam terkikis perubahn zaman


Bagian 3:

Aku datang menghampiri alam
Membawa pesan dari Tuhan
Lindungi alam, cintai lingkungan
Keindahan menjadi bonus jiwa kepedulian

Aku hadir mengunjungi alam
Sebagai pemuda sadar wisata pecinta alam
Bukan sekedar menikmati keindahan
Sebab aku datang dengan cinta dan keikhlasan,
sebagai penyanggah harapan
Aku ingin bumiku tetap nyaman !

Damai dan ketenangan yang kurasakan
Saat berada di tengah-tengah alam
Mungkinkah ini jawaban dari Tuhan
Mengapa, kita wajib menjaga dan melestarikan alam ?


Bagian 4:

Dengan penuh keyakinan kutatap alam
Sejuta cinta yang akan kuserahkan
Telah dihidangkan di atas meja Sang Pencipta alam
Jangan lekas pergi atau menghilang
Nikmatilah dahulu anugerah kasih sayang

Alamku rusak, badaikan segera menerjang
Alamku hancur, kehidupan segera berakhir
Alamku musnah, tibalah hari kiamat
Alamku, alamku tetaplah kau bertahan di sana

Aku datang mendekat dalam kehidupanmu
Aku hadir merayu keagungan jiwa pengasihmu
Berusaha menahan hadirmu dalam duniaku
Alamku, alamku jangan pergi dari kehidupanku.

Homo floresiensis

Homo floresiensis ("Manusia Flores", dijuluki Hobbit) adalah nama yang diberikan oleh kelompok peneliti untuk spesies dari genus Homo, yang memiliki tubuh dan volume otak kecil, berdasarkan serial subfosil (sisa-sisa tubuh yang belum sepenuhnya membatu) dari sembilan individu yang ditemukan di Liang Bua, Pulau Flores, pada tahun 2001. Kesembilan sisa-sisa tulang itu (diberi kode LB1 sampai LB9) menunjukkan postur paling tinggi sepinggang manusia moderen (sekitar 100 cm).
Para pakar antropologi dari tim gabungan Australia dan Indonesia berargumen menggunakan berbagai ciri-ciri, baik ukuran tengkorak, ukuran tulang, kondisi kerangka yang tidak memfosil, serta temuan-temuan sisa tulang hewan dan alat-alat di sekitarnya. Usia seri kerangka ini diperkirakan berasal dari 94.000 hingga 13.000 tahun yang lalu.

1. Penemuan

Liang Bua, tempat ditemukannya sisa-sisa kerangka ini, sudah sejak masa penjajahan menjadi tempat ekskavasi arkeologi dan paleontologi. Hingga 1989, telah ditemukan banyak kerangka Homo sapiens dan berbagai mamalia (seperti makhluk mirip gajah Stegodon, biawak, serta tikus besar) yang barangkali menjadi bahan makanan mereka. Di samping itu ditemukan pula alat-alat batu seperti pisau, beliung, mata panah, arang, serta tulang yang terbakar, yang menunjukkan tingkat peradaban penghuninya.
Kerja sama penggalian Indonesia-Australia dimulai tahun 2001 untuk mencari jejak peninggalan migrasi nenek moyang orang Aborigin Australia di Indonesia. Tim Indonesia dipimpin oleh Raden Pandji Soejono dari Puslitbang Arkeologi Nasional (dulu Puslit Arkenas) dan tim Australia dipimpin oleh Mike Morwood dari Universitas New England. Pada bulan September 2003, setelah penggalian pada kedalaman lima meter (ekspedisi sebelumnya tidak pernah mencapai kedalaman itu), ditemukan kerangka mirip manusia tetapi luar biasa kerdil, yang kemudian disebut H. floresiensis. Tulang-tulang itu tidak membatu (bukan fosil) tetapi rapuh dan lembap. Terdapat sembilan individu namun tidak ada yang lengkap. Diperkirakan, Liang Bua dipakai sebagai tempat pekuburan. Untuk pemindahan, dilakukan pengeringan dan perekatan terlebih dahulu.
Individu terlengkap, LB1, diperkirakan adalah betina, ditemukan pada lapisan berusia sekitar 18.000 tahun, terdiri dari tengkorak, tiga tungkai (tidak ada lengan kiri), serta beberapa tulang badan. Individu-individu lainnya berusia antara 94.000 dan 13.000 tahun. Walaupun tidak membatu, tidak dapat diperoleh sisa material genetik, sehingga tidak memungkinkan analisis DNA untuk dilakukan. Perlu disadari bahwa pendugaan usia ini dilakukan berdasarkan usia lapisan tanah bukan dari tulangnya sendiri, sehingga dimungkinkan usia lapisan lebih tua daripada usia kerangka. Pendugaan usia kerangka dengan radiokarbon sulit dilakukan karena metode konservasi tulang tidak memungkinkan teknik itu untuk dilakukan.

2. ciri - ciri

Spesies tersebut yang telah dibandingkan dengan manusia modern yang sebaya (''Homo sapiens'') di pulau Flores,Indonesia. Salah satu subfosil tulang terbesar dan satu gigi geraham berumur 18.000 tahun telah ditemukan tersimpan di dalam Liang Bua, Flores pada tahun 2003. Bagian dari masing-masing tujuh tulang lainnya (LB3-LB9, bagian yang hampir lengkap adalah LB6), yang semua dalam bentuk yang lebih kecil dari tulang normal, dan juga ditemukannya peralatan batu kecil yang diperkirakan  Penggalian terhadap hal tersebut dilakukan pada tahun 2003 dan publikasi terhadap penggambaran aslinya dilakukan pada Oktober 2004.

3. kontroversi

Pendapat bahwa fosil ini berasal dari spesies bukan manusia ditentang oleh kelompok peneliti yang juga terlibat dalam penelitian ini, dimotori oleh Prof. Teuku Jacob dari UGM. Berdasarkan temuannya, fosil dari Liang Bua ini berasal dari sekelompok orang katai Flores, yang sampai sekarang masih bisa diamati pada beberapa populasi di sekitar lokasi penemuan, yang menderita gangguan pertumbuhan yang disebut mikrosefali ("kepala kecil"). [5] Menurut tim ini, sisa manusia dari Liang Bua merupakan moyang manusia katai Homo sapiens yang sekarang juga masih hidup di Flores dan termasuk kelompok Australomelanesoid. Kerangka yang ditemukan terbaring di Liang Bua itu menderita microcephali, yaitu bertengkorak kecil dan berotak kecil.
Perdebatan yang terjadi sempat memanas, bahkan sampai membuat Liang Bua dan beberapa gua di sekitarnya dinyatakan tertutup untuk peneliti asing. Sepeninggal Prof. Jacob (wafat 2007), lokasi penemuan kembali dapat diakses bagi penelitian.
Pada bulan September 2007, para ilmuwan peneliti Homo floresiensis menemukan petunjuk baru berdasarkan pengamatan terhadap pergelangan tangan fosil yang ditemukan. Penemuan tersebut menunjukkan bahwa Homo floresiensis bukan merupakan manusia modern melainkan merupakan spesies yang berbeda. Hal ini sekaligus menjadi jawaban terhadap tentangan sejumlah ilmuwan mengenai keabsahan spesies baru ini karena hasil penemuan menunjukkan bahwa tulang Homo floresiensis berbeda dari tulang Homo sapiens (manusia modern) maupun manusia Neandertal.[6]
Dua publikasi pada tahun 2009 memperkuat argumen bahwa spesimen LB1 lebih primitif daripada H. sapiens dan berada pada wilayah variasi H. erectus. Publikasi pertama yang dimuat di Anthropological Science membandingkan LB1 dengan spesimen H. sapiens (baik normal maupun patologis) dan beberapa Homo primitif. Hasil kajian morfometri ini menunjukkan bahwa H. floresiensis tidak dapat dipisahkan dari H. erectus dan berbeda dari H. sapiens normal maupun patologis karena mikrosefali.[7] Hasil analisis kladistika dan statistika morfometri terhadap tengkorak dan bagian tulang lainnya dari individu LB1 (betina), dan dibandingkan dengan manusia modern, manusia modern dengan mikrosefali, beberapa kelompok masyarakat pigmi di Afrika dan Asia, serta tengkorak hominin purba menunjukkan bahwa H. floresiensis secara nyata memiliki ciri-ciri berbeda dari manusia modern dan lebih dekat kepada hominin purba, sebagaimana dimuat dalam jurnal Significance.[8][9] Meskipun demikian, kedua kajian ini tidak membandingkan H. floresiensis dengan kerangka manusia kerdil Flores yang menderita mikrosefali.

PECINTA ALAM


Bagi seorang pecinta alam, adalah biasa bergelut dengan alam baik itu alam pegunungan ataupun alam rimba belantara. Dalam bergelut dengan alam, khususnya alam pegunungan, sudah selayaknya seorang pecinta alam mengenal peta yang menggambarkan kondisi fisik derah pegunungan. Karena dgn menggunakan peta sedikit banyak akan membantu dalam suatu perjalanan baik itu pada kegiatan pendakian ataupun pada saat belajar orientasi medan .
Dasar dasar yang harus diketahui untuk orientasi medan :   

 1.Memahami peta


Peta yang digunakan untuk orientasi medan adalah peta topografi, yaitu peta yang menyajikan gambaran

Jumat, 25 Mei 2012

Tujuh Puncak Tertinggi di Dunia (The Seven Summits of the World )

Tujuh Puncak Tertinggi di Dunia (The Seven Summits of the World ) dikenal sebagai puncak tertinggi ditemukan di setiap benua di Bumi. Konsep pertama kali diusulkan oleh Richard Bass di tahun 1980-an dan telah menjadi tujuan setiap pendaki gunung. Bass adalah orang pertama yang mendaki semua puncak-puncak itu dan pernah memegang rekor menjadi orang tertua untuk mendaki Everest.
Tujuh Puncak Tertinggi Dunia
Adapun ketujuh puncak gunung tertinggi itu adalah :

1. Mount Everest (8.850 m) (Asia)

Gunung Everest (bahasa Inggris: Mount Everest) adalah gunung tertinggi di dunia (jika diukur dari paras laut). Rabung puncaknya menandakan perbatasan antara Nepal dan Tibet; puncaknya berada di Tibet. Di Nepal, gunung ini disebut Sagarmatha (सगरमाथा, bahasa Sansekerta untuk “Dahi Langit”) dan dalam bahasa Tibet Chomolangma atau Qomolangma (“Bunda Semesta”), dilafalkan dalam bahasa Tionghoa 珠穆朗瑪峰 (pinyin: Zhūmùlǎngmǎ Fēng).
Gunung ini mendapatkan nama bahasa Inggrisnya dari nama Sir George Everest. Nama ini diberikan oleh Sir Andrew Waugh, surveyor-general India berkebangsaan Inggris, penerus Everest. Puncak Everest merupakan salah satu dari Tujuh Puncak Utama di dunia.
Radhanath Sikdar, juru ukur dan pakar matematika dari Bengal, merupakan orang pertama yang menyatakan Puncak Everest sebagai puncak tertinggi melalui perhitungan trigonometrik pada 1852. Perhitungan ini dilakukan menggunakan teodolit dari jarak 150 mil jauhnya di India. Sebagian rakyat India percaya bahwa puncak tersebut semestinya dinamakan menurut Sikdar, bukan Everest.
Gunung ini mempunyai ketinggian sekitar 8.850 m; walaupun terdapat variasi dari segi ukuran (baik pemerintah Nepal maupun Cina belum mengesahkan ukuran ini secara resmi, ketinggian Puncak Everest masih dianggap 8.848 m oleh mereka). Gunung Everest pertama kali diukur pada tahun 1856 mempunyai ketinggian 8.839 m, tetapi dinyatakan sebagai 8.840 m (29.002 kaki). Tambahan 0,6 m (2 kaki) menunjukkan bahwa pada masa itu ketinggian yang tepat sebesar 29.000 kaki akan dianggap sebagai perkiraan yang dibulatkan. Perkiraan umum yang digunakan pada saat ini adalah 8.850 m yang diperoleh melalui bacaan Sistem Posisi Global (GPS). Gunung Himalaya masih terus bertambah tinggi akibat pergerakan lempeng tektonik kawasan tersebut.
Gunung Everest adalah gunung yang puncaknya mencapai jarak paling jauh dari paras laut. Dua gunung lain yang kadangkala juga disebut sebagai “gunung tertinggi di dunia” adalah Mauna Loa di Hawaii, yang tertinggi jika diukur dari dasarnya pada dasar tengah laut, tetapi hanya mencapai ketinggian 4.170 m atas paras laut dan Gunung Chimborazo di Ekuador, yang puncaknya 2.150 m lebih tinggi dari pusat bumi dibandingkan Gunung Everest , karena Bumi menggembung di kawasan katulistiwa. Bagaimanapun juga, Chimborazo hanya mencapai ketinggian 6.272 m di atas paras laut, sehingga bahkan bukan merupakan puncak tertinggi di Andes.
Dasar terdalam di lautan lebih dalam dibandingkan ketinggian Everest: Challenger Deep, terletak di Palung Mariana, begitu dalam hingga seandainya gunung Himalaya diletakkan di dalamnya, masih terdapat hampir 1,6 km air menutupinya.

2. Aconcagua Mountain (6.959 m) (Amerika Selatan)

Pada 6.962 m (22.841 kaki), Cerro Aconcagua merupakan gunung tertinggi di Amerika, dan gunung tertinggi di luar Asia. Hal ini terletak di Andes pegunungan, di Argentina provinsi dari Mendoza. KTT ini terletak sekitar 5 kilometer dari Propinsi San Juan dan 15 kilometer dari perbatasan internasional dengan Chile. Gunung itu terletak 112 kilometer (70 mil) dengan sebelah utara kota Mendoza. Aconcagua adalah puncak tertinggi baik di Barat dan Belahan Selatan. Ini adalah salah satu dari Tujuh Summits.
Aconcagua dibatasi oleh Valle de las Vacas ke utara dan timur dan Valle de los Horcones Inferior ke Barat dan Selatan. Gunung dan sekitarnya merupakan bagian dari Provinsi Aconcagua Park. Gunung memiliki sejumlah gletser. Gletser terbesar adalah Inferior Ventisquero Horcones dengan panjang sekitar 10km yang turun dari ketinggian 3600 m di dekat

ALEXANDER SUPERTRAMP (Kisah nyata perjalanan seorang pemuda Idealis)



 
SOCIETY,, YOU'RE CRAZY BREED
I HOPE YOU'RE NOT LONELY WITHOUT ME
when you want more than you have, you think you need

and when you think more than you want, you trought begin to bleed


Christopher Johnson McCandless, adalah seorang pemuda yang cerdas, atletis dan berasal dari keluarga kaya. Ayahnya, Walt McCandless, adalah seorang antenna specialist yang bekerja untuk NASA, sedangkan ibunya, Wilhelmina Johnson, adalah seorang konsultan yang sangat sukses. Lahir di Virginia, Chris (Christopher McCandless) tumbuh dan besar bersama adik perempuannya yang bernama Carine. Chris adalah lulusan terbaik di Emory College, dan telah mendapatkan tawaran untuk melanjutkan kuliah di Harvard jurusan Hukum.

Dalam lingkungan sosial, kedua orang tuanya dikenal sebagai pasangan yang sukses dan harmonis serta figur ideal bagi lingkungan sosialnya. Namun bagi Chris sendiri, orang tuanya hanyalah figur masyarakat kelas menengah yang hipokrit dan penuh dengan kemunafikan. Karena pada kenyataannya, Walt, (ayahnya) sering melakukan tindak kekerasan terhadap ibunya. Bahkan Chris juga mengetahui bahwa dirinya dan Carine (adiknya) ternyata adalah anak yang dilahirkan dari sebuah hubungan gelap ayahnya. Suatu hal yang sangat melukai hati Chris, dia menganggap kedua orangtuanya telah membohonginya, dan situasi inilah yang kemudian membentuk pribadi Chris sekaligus menjadi motivasi dari perjalanan dan petualangannya saat ia beranjak dewasa. Dalam kata-katanya, dia mengutip Thoreau

”Rather than love, than money, than faith, than fame, than fairness... give me truth.”















Setelah lulus dari Emory, Chris telah memilih jalan hidupnya sendiri. Dia dengan berani menolak hadiah mobil baru yg diberikan kedua orang tuanya. Bahkan sisa uang kuliahnya sebesar 42.000 dolar yg seharusnya digunakan untuk melanjutkan kuliah, 24.000 dolar-nya telah dia sumbangkan ke Oxfam International. Tidak ada yang tahu sikap Chris ini selain Carine, satu-satunya orang yg dipercaya oleh Chris dalam keluarganya.

Chris kemudian memilih untuk berpetualang bebas, menyendiri dan meninggalkan kehidupan sosial dari orang-orang yang dikenalnya, sebagai ekspresi ketidakpuasan dirinya atas peradaban yang disaksikannya setiap hari. Baginya, modernisasi membuat individu menjadi tidak manusiawi. Dia berpikir, penderitaan yang terjadi dimana-mana disebabkan karena manusia saling menyakiti. Masyarakat dianggapnya lebih banyak mengekang kebebasan individu, hingga mengatur bagaimana caranya hidup. Kondisi seperti itulah yang dialami Chris dengan keluarganya.

Cita-cita besarnya adalah hidup di tengah belantara Alaska, dan itu diawali dengan meninggalkan mobil Datsun miliknya serta membakar habis uang dolar sisa kuliahnya untuk berpetualang ke San Diego, El Paso, Houston, Grand Canyon, Joshua Tree, Palm Springs, Las Vegas hingga akhirnya sampai ke Alaska.

Dalam petualangannya itu, Chris mengganti namanya menjadi ”Alexander Supertramp”. Layaknya seoarang backpacker, Chris sangat menikmati petualangannya. Ia berjalan kaki, menumpang mobil, naik kereta barang diam-diam, untuk pergi ke Sierra Nevada hingga ber-rafting ria menyusuri sungai Colorado menuju Gulf of California. Kemudian menyelundup ke Mexico melalui dam di perbatasan dan tinggal dalam gua di pinggiran pantai selama 3 minggu. Demi bertahan hidup dan membiayai perjalanannya ke Alaska, Chris juga sempat bekerja sebagai waitress di burger King dan berjualan buku di kampung hippies untuk mendapatkan uang.

Chris mulai berproses dan berinteraksi dengan orang-orang yang ditemuinya, antara lain dengan Wayne Westernberg, yang menjadi sahabat dekatnya, kemudian bertemu dengan Jan & Rainey, sepasang hippies yang telah menganggap Chris sebagai keluarga, juga bertemu dengan Tracy, wanita cantik yang cintanya ditolak oleh Chris, hingga bertemu dengan Ron Franz, seorang purnawirawan angkatan darat yang juga hidup menyendiri, dan mengajari Chris tentang mencintai sesama.


"I’ll miss you too, Ron. But you're wrong if you think that the joy of life comes principally from human relationships. God's placed it all around us. It's in everything. It’s in anything we can experience. People just need to change the way they look at those things."




Setelah 2 tahun berpetualang mengelilingi Amerika, tibalah Chris di tanah tujuannya, yaitu hutan belantara Alaska yang dipenuhi salju. Chris harus menyeberangi sungai beku hingga mendapati sebuah bis kosong untuk dijadikan tempat tinggalnya selama berminggu-minggu. Dalam kesendiriannya di tengah-tengah hutan, Chris mengalami pencerahan yang benar-benar mengubah cara pandang dunianya. Ia mulai resah dan bosan dengan kesendiriannya itu.

Namun sayang, ketika dia memutuskan untuk kembali ke dunia normalnya, alam bebas seakan tidak mengijinkannya pergi begitu saja. Ia terjebak di belantara Alaska, lantaran sungai beku yang pernah diseberanginya telah berubah menjadi sungai besar yang berarus deras saat musim kemarau. Persediaan makanannya telah habis, dan Chris hanya bisa mengandalkan tanaman-tanaman yang ada di sekitarnya. Berbekal pengetahuan survival seadanya dan sebuah buku field guide tentang edible plant (botani praktis), Chris mencoba mengidentifikasi tanaman untuk makanan sehari-harinya. Dan sungguh naas nasibnya, maksud hati hendak memakan Hedysarum alpinum (sejenis kentang), dia malah memakan Hedysarum mackenzii tanaman sejenis yang morfologinya hampir sama namun mengandung racun dan dapat menyebabkan kematian.

Dalam kesendiriannya itu, Chris mencoba untuk melawan racun yang ada di tubuhnya selama beberapa hari. Hingga akhirnya lemas dan tidak bisa bergerak, hanya berbaring di tempat tidur. Secara perlahan, air matanya mengalir, dibukanya buku Doctor Zhivago yang dia bawa. Matanya terpaku pada deretan kalimat :

. and that an unshared happiness is not happiness

Lalu dia mengambil pena dan dengan tangan bergetar, dia menggoreskan kalimat :
"HAPPINESS ONLY REAL WHEN SHARED"

Saat mengalami epiphany, dia malah membayangkan wajah orang-orang yang disayanginya, dan dia benar-benar merindukan kedua orang tuanya. Chris akhirnya mati di tanah impiannya, Alaska.

Buat siapa saja yang merasa dirinya seorang petualang, film INTO THE WILD ini menggugah kesadaran tentang makna petualangan itu sendiri. Apa yang terpenting saat impian berhasil kita raih dan rengkuh. Apa arti semua pengorbanan yang kita lakukan untuk sebuah perjalanan menggapai mimpi. Film ini juga menjelaskan bahwa sebagai manusia, terkadang kita bingung untuk memilih menjadi seorang yang sosial ataukah anti-sosial.

Chis adalah tipikal pemuda (22 tahun) yang memiliki cara pandang sendiri atas dunianya, sesamanya dan hidupnya sendiri. Sementara anak muda lainnya sibuk dengan hedonisme, Chris malah sudah mengkonsepkan bagaimana seharusnya dunia ini dihidupi dan bagaimana seharusnya individu berkembang mencari kebahagiaan. Ia menukar semua kemapanan dalam hidupnya dengan perjalanan berat nan panjang di alam liar. Semua itu atas nama idealisme, akibat usia muda yang serba bertanya dan selalu gelisah mencari jawaban.

Pencarian hidup ini menurut saya pribadi merupakan sesuatu yang SANGAT MULIA!!!
"mungkin alexander supertramp mati konyol (bagi sebagian orang yang TERJEBAK HIPOKRIT DUNIA"),,tapi setidaknya ia pernah hidup,,tidak seperti mereka-mereka yg hidup tapi sebenarnya TIDAK PERNAH HIDUP,,hanya menjalani rutinitas dan terjebak dalam sistem peradaban.....supertramp

Bagi penggemar cinema21, film ini tidak akan dijumpai di bioskop(sekitar tahun 2008). Kepribadian seorang Chris yang sangat idealis, anti peradaban dan society tentunya bertentangan dengan misi film-film Hollywood yang mengumbar semangat kapitalis khas Amerika (terutama saat adegan Chris membakar habis uang dolarnya). Dan terbukti, film sekelas INTO THE WILD ini tidak masuk dalam jajaran film peraih Oscar.



ini catatan terakhir Alex.Supertramp:
"I have had a happy life and thank the Lord. Goodbye and may God bless all"
ia meninggal disertai senyuman bahagia ketika kepergiannya....




LIKU CINTA RAMBUT GIMBAL

Kulihat dia di suatu senja, meringsut bersama mentari di belahan bukit. Kulihat dia di suatu malam, menyeruak di antara temaran lampu jalan. Kulihat dia di suatu pagi, rekah bersama fajar. Kulihat dia…oh! Sering sekali yah kulihat dia! Apakah dia juga merasa begitu sering melihatku? Yah, rupanya iya! Buktinya beberapa hari terakhir ia sering menamparku dengan senyumnya yang…hmmm, aku agak takut melukiskannya dengan kata, sebab aku merasa tak kan ada kata yang sepadan dengannya. Tapi, kenapa aku tak berani menyapa atau sekedar memberi isyarat bahwa kami sudah sering bertemu?Ah! Sudahlah, mungkin kebetulan saja! Ha?? Kebetulan? Kebetulan sering bertemu dan terbawa mimpi? Waduh…kok aku jadi mengakuinya juga kalau aku sudah beberapa kali memimpikannya. Yah, yang namanya mimpi, kan tidak kusengaja, walau beberapa orang berpendapat bahwa mimpi itu adalah sisa khayal.Bodo ah! Emangnya mengkhayalkan seorang wanita cantik itu salah? Tapi kalau khyalannya menjurus ke..????? Wah, tambah gawat nih pikiran. Tapi kalau dipertimbangkan dengan akal sehat ( ala laki – laki ) pantaslah, bahkan pantas sekali jika si….oh, tak tahu lagi namanya, jadi obyek khayalan. Rambut ikal terurai separuh punggung, kulit kuning ( plus langsat! ) dan yang jelas bersih, tinggi…emmm 160-an lah, tubuh sintal, wajah jelas cantik….! Cukup dulu deskripsinya takut nanti sampai mendeskripsikan yang mepet – mepet.“ Temukanlah sesuatu yang indah di setiap pagi. Agar kita memiliki sekurang – kurangnya satu alasan untuk tersenyum di hari itu ! “Tiba – tiba suara om Mario Teguh menggema di telinga. Boleh juga nih! Si cantik yang setiap hari lewat di depan kosku, kujadikan alasan untuk tersenyum tiap hari.! Siiiiiipp! Akhirnya kutemukan juga hal positif dari perjumpaan kucing – kucinganku dengan si dia itu.Bagi kebanyakan sahabatku, memulai perkenalan dengan seorang wanita yang setiap hari bertemu, bukanlah perkara sulit, bahkan ada yang bilang itu “ keciiiiiiil!” sahabtku menjentikan jemarinya. Tapi bagiku, Berat juga sob!Rambut gimbalku mungkin salah satu alasannya. Itu baru satu. Yang ke dua, dia itu bukan anak kuliahan lagi, tapi sudah bekerja di sebuah bank milik pemerintah, terlihat dari seragam yang dipakai dan co-card di dadanya. Ke tiga, Penampilannya, busyeeeeet…modis abis! Kontras dengan penampilanku yang urak – urakan. Yang ke empat,…pokoknya banyaklah perbedaan yang menjadi penghalang aku dan dia.“ Temukan sesuatu yang unik dalam diri anda yang membuat anda menjadi berarti bagi orang di sekitar anda, dan kembangkan itu dengan sungguh – sungguh untuk mendongkrak kepercayaan diri, spirit dan kreatifitas!”Lagi – lagi suara Mario Teguh menyusup di aliran darahku. Emmm…apa yah? Nah! Aku piawai menabuh jimbe.. Mulailah aku memainkan irama dari sepasang jimbe, setiap pagi pada jam – jam biasanya si dia lewat. Berhasil? Sabaaaar….! Kesabaran selalu berbuah manis!“ Tumben, kok nggak mainin jimbe pagi ini..?”“ Eh…ini, lagi sibuk mau pergi..”“ Oh, emangnya mau ke mana ?”“ Mau naik dulu..”“ Na…ik? Ke mana ?”“ Ke Merapi!”“ Oooo…naik gunung maksudnya! Suka? ““ Yah, lumayan suka..”“ Wah…keren tuh..”Duuuuuuuhhh…, mimpi apa yah semalam? Akhirnya usahaku sukses besar! Yes! Yes! Yes! Jantungku berdebar – debar, ketika pagi itu si dia yang ternyata bernama Ervina menyapaku seakan kami sudah lama berkenalan. Oke!, aku berusaha tenang dan masih menjaga imej-ku sebagai pria berambut gimbal yang cool abis! Walaupun sebenarnya aku ingin sekali menjerit kegirangan.Sekurang – kurangnya ada tiga alasan yang membuat aku sangat bahagia dan surprise pagi ini. Yang pertama, Ervina ternyata diam – diam selalu mendengarkan aku menabuh jimbe dan menyukainya sehingga pagi ini ia ingin mendengarnya lagi. Ke dua, tanpa harus mempersiapkan mental baja, buat ngajak kenalan, Ervina tiba – tiba datang menyapaku dan perkenalan pun berjalan mulus…lus! Ke tiga, dia bilang hobiku naik gunung itu keren! Ke – Ren?? Wow…nggak salah tuh? Ya…ya!“ …pagi yang indah sekali, membawa hati bernyanyi…” Syair lagu “ Burung Kenari” –nya Koes Plus itu kudendang dalam hati, sambil menata tas besar yang hendak kubawa ke Merapi nantinya, walaupun kepentingan terbesarku adalah menghindari tatapan mata Ervina yang, duh….., mungkin bakal merontokan keringatku.“ Hari libur gini, nggak jalan – jalan, mbak Ervina?”“ Malas ah, lagian mau jalan ama siapa? Nggak ada yang ngajak..”“ Teman – teman kantornya?”“ Yah, mereka pergi sama pacarnya sendiri – sendiri..”“ Lah, mbak Ervina juga ngajak cowoknya dong..”“ Nggak ada tuh yang mau jadi cowok-ku..hehe..”Oh…oh…oh! Ketiban ajimat apa yah aku ini? Detak jantungku makin tak karuan. Tak bisa kulukiskan. Betapa tak percayanya aku, kalau Ervina mengaku masih jomblo di depan sorang cowok yang sudah lama mengincarnya. Huuuh…pokoknya, edan!Sekali lagi aku harus tetap menjaga label anak gimbal cool, yang selama ini melekat padaku. Aku tak boleh menunjukkan antusiasme sedikitpun mendengar pancingannya. Yah, aku menilai pengakuan itu sebagai pancingan.“ Mas Gim sendiri, ke Merapi sama siapa aja?”“ Tuh, sama Yovi dan teman Mapala dari kampus lain..”“ Yovi tuh ceweknya yah? Ehm..”“ Hahahahaha….cewek? Hahahaha…”“ Lho, kok malah ketawa..”“ Itu lho, Yovi temanku di kamar sebelah, anak Flores itu..!”“ Ooohhh…kirain cewek. Emang nggak ada cewek yang ikut? ““ Enggak..!”“ Kenapa ?”“ Yah, ribet kalau ke gunung sama cewek, kecuali ceweknya udah biasa atau sesama Mapala..”“ Hmmm….berarti aku nggak boleh ikut dong..”Haa…?? Ervina ikut? Ke Merapi ? Gila! Aku pura – pura tidak mendengarnya sekedar memberi waktu bagi otakku menyusun kata – kata yang tepat sebagai jawaban. Aku berusaha makin keras menyembunyikan raut wajah yang….duh…benar – benar aneh! Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika suatu saat, entah kapan, Ervina benar – benar ikut ke Merapi. Aku ragu kalau pendakian ke puncak gunung berapi teraktif di dunia itu bakal sukses. Bisa – bisa kami terdampar di lembah Kalikuning atau malah ke Kaliurang..! Ha? No…no…no! Pikiran mulai menjurus nih. Gawat! Benar – benar gawat!“ Kalau sanggup sih, nggak apa – apa. Cuma, kayaknya mbak Ervina nggak cocok naik gunung, cocoknya naik lift aja! Hehehe”“ Ah, nggak juga! Aku tuh kepingin banget lho bisa naik gunung. Kalau boleh sih, aku mau ikut..”“ Wah, kapan – kapan aja yah..”Aku sekali lagi harus menjaga agar labelku tidak turun dari pria gimbal yang cool, jadi pria metal ( mellow total ) pecinta wanita lagi. Jangan sampai itu terjadi. Itu pantangan buatku. Ha..ram!!Ervina…Ervina…Kamu tuh, bisa aja. Meruntuhkan idealismeku!Pendakianku kali ini sangat spesial. Sepanjang perjalanan aku tak bisa menyembunyikan rasa bahagiaku, sampai – sampai Yovi, temanku terheran – heran.“ Woeee…! Habis mabuk kecubung yah, senyam – senyum sendiri!”“ Kecubung matamu rabun itu !”“ Habis, dari tadi cengengesan terus..”“ Ah…kau diam saja! Dasar Flores suka ribet !”“ …atau jangan – jangan..kau berubah status lagi..”“ Berubah apanya, item?!”“ Yah…kali aja kau jatuh cinta. Kasmaran. Cuit…cuit…! Wakakakaka..”Sampai di situ, aku tak menanggapi lagi celotehan Yovi si Flores, teman baik-ku yang juga berambut gimbal itu. Aku tidak mau nanti tuduhannya berujung bakal di DO-nya aku dari ARGY ( Asosiasi Rambut Gimbal Yogyakarta ) yang selama ini menjadi wadah mendulang tawa dengan slogannya “ Don’t Worry, Be Happy “ warisan Bob Marley.Satu malam di Merapi, berasa setahun. Lamaaaaaaa…sekali! Inginnya cepat – cepat pulang ke kos di Seturan dan ber-SMS ria dengan Ervina, mumpung nomornya sudah masuk phonebook-ku. Yah, itung – itung sebagai ajang penjajakan peluang! Karena kalau kuajak makan, jelas kurang pas, soalnya aku kan anak kuliah yang menggantungkan isi lambungku pada uluran tangan orang tua, sementara Ervina sudah punya pundi – pundi sendiri. Di samping itu, aku harus menghindari kecurigaan dari sesama rambut gimbal, terlebih Yovi yang selalu menguntitku bagai spionase. Bisa gawat tuh kalau sampai kepergok, saat makan malam pula! Pokoknya, pendekatanku dengan Ervina harus benar – benar “silent operation” ! Ciieeehh…kayak pilem – pilem FBI saja.Sejak aku turun dari Merapi, pulsaku makin boros. Jemari tanganku sampai kram, gara – gara keseringan mencet key-pad, merangkai SMS, untuk Ervina tentunya! Siapa lagi! Silent Operation berjalan mulus, lantaran Yovi sering sibuk sendiri di kamar bercumbu dengan komputernya, menulis cerpen sih! Si Flores itu memang selalu intens menulis cerpen, walau tak satupun yang pernah nongol di media cetak, bahkan bulletin fakultas sekalipun. Dia memang tipe penulis fiksi yang tak terlalu sibuk dengan publisitas, yang penting dia bisa menulis, bagi dia sudah cukup! Padahal tugas kampusnya carut – marut tak diurus.“ Mas Giiimm…!”Duh, suara cewek memanggilku dari luar pagar kos – kosan. Oh my God!! Ervina ! Dia menyerangku dengan tatapannya yang…uuuuhhhh, plus senyum yang…oooohhhhh! Mati aku!“ Sory, aku belum ngisi pulsa. Makanya nggak ku-SMS..”“ Oh..,nggak apa – apa..”“ Nih..”“ Wah, repot – repot..”“ Enggaaaak…,cuman gorengan kok..”Aku sedikit kikuk menerima sekantong gorengan hangat pemberian bidadari Ervina! Hikhikhik.. Selain karena aku merasa bahagia dengan pemberian perdananya itu, aku juga was – was, takut kepergok Yovi yang setiap saat bisa saja muncul dari pintu kamarnya dan….! Pokoknya gawat deh!“ Nggak mapir dulu..?”“ Nggak usahlah yah. Aku mau mandi dulu. Lagian masa bertamu pake pakaian kerja gini..”“ Yah udah, sekali lagi makasih lho..”“ Diiiihh, pake terimakasih berulang – ulang lagi. Daaa…”Ervina berlalu meninggalkan bongkahan jeritan bahagia di dada, sekaligus was – was! Setelah menengok sana – sini dan yakin tak ada yang melihat pertemuan singkatku dengan Ervina tadi, aku kembali ke kamar. Dengan setumpuk senyum dan sepiring gorengan hangat, kudatangi kamar Yovi.“ Weehh..tumben!”“ Apanya yang tumben?”“ Beli gorengan sebanyak itu..”“ Lho, emang apanya yang aneh?”“ Biasanya kau itu selalu obrak – abrik sana – sini nyari receh buat beli rokok..”“ Nah…inilah yang dinamakan langkah maju, bro!”“ Wakakakaka…najis!”Kubiarkan saja Yovi meledekku, asal jangan sampai dia mencurigaiku lagi seperti ketika berangkat ke Merapi tempo hari.Kata – kata Mario Teguh benar juga! Aku makin bersemangat semenjak dekat dengan Ervina yang selalu membuat aku punya alasan untuk tersenyum. Urusan kampus berangsur mulai sering beres. Banyak yang berubah. Tentunya lebih positif. Sip dah! Ervina…Ervina..! Panas menggeranyangi Jogja siang ini. Aku dan Yovi baru saja selesai makan siang dan bersantai di kamarku, memandangi ikan – ikan di akuarium ditemani alunan reggae. Hari Minggu begini, biasanya kami baru keluar sarang menjelang sore. Sesekali kutengok gang sempit depan kosku, berharap Ervina lewat. Suhu yang meninggi membuat orang malas keluar rumah, makanya gang sempit itu terlihat sepi. Jogja yang dari dulu terkenal dengan suhu udara yang relatif bersahabat, akhir – akhir ini ikut memanas, karena global warming kali yah.?Seandainya Ervina lewat, pasti sejuk seketika! Hatiku, maksudnya! Nah, kok jadi romantis gini?? Ini dia yang paling aku takutkan, jika sampai romantic syndrome menyerangku, bisa gawat! Reputasiku bakal ancur – ancuran !Eh, bukannya Ervina yang lewat, kupingku justeru disuguhi tangis bocah perempuan yang terjatuh kesandung potongan kayu, tepat di depan kosku. Oalaaah…! Udah panasnya minta ampun begini, ditambah lagi mendengar suara tangis anak kecil, plus…plus…plus-lah sudah gerahku. Sebelum si Yovi memaki – maki dengan bahasa Floresnya, aku putuskan untuk keluar menolong gadis kecil yang malang itu.“ Duhhh…kenapa de’?”“ hkhkhkhk…”Sapaanku hanya dijawab isak tangis.“ Rumahnya mana..?”Telunjuk mungilnya diacungkan ke arah gang yang ujungnya terhubung ke Jalan Perumnas. Kugendong gadis kecil berwajah imut itu dan mengantarnya pulang.“ Kok, panas – panas gini beli cokelatnya, sendirian ? Di rumah nggak ada orang yah ?”“ Ada…”“ Ciapa..?”“ Mama ma Papa..”Keterlaluan sekali si mama dan papa itu! Siang – siang panas terik begini, ngebiarin anaknya pergi ke warung sendirian. Masak bercinta siang – siang! Umpatku dalam hati.“ Rumahnya yang mana..?”Telunjuknya menuding ke arah rumah mungil, cantik, dengan taman penuh Anggrek, berpagar besi dicat hijau sewarna tembok rumah. Aku segera masuk ke halaman rumah yang teduh dan menurunkan gadis kecil itu di teras tepat depan pintu.“ Ma….Mama.!!”Seorang wanita ber-kaos oblong putih dan celana pantai pendek bermotif kembang warna biru keluar menyongsong puterinya. Mataku terbelalak! Haaa????!!!!!“ Eh…mas Gim, mampir dulu yuk..”Ohhh…NO! Kulibas gumpalan kecewa yang mulai menerobos masuk ke rongga dada dengan mengucapkan syahadat kami orang – orang berambut gimbal. “ Don’t Worry, Be Happy !”.