Bagi seorang pecinta alam, adalah biasa bergelut dengan alam baik itu alam pegunungan ataupun alam rimba belantara. Dalam bergelut dengan alam, khususnya alam pegunungan, sudah selayaknya seorang pecinta alam mengenal peta yang menggambarkan kondisi fisik derah pegunungan. Karena dgn menggunakan peta sedikit banyak akan membantu dalam suatu perjalanan baik itu pada kegiatan pendakian ataupun pada saat belajar orientasi medan .
Dasar dasar yang harus diketahui untuk orientasi medan :
1.Memahami peta
Peta yang digunakan untuk orientasi medan adalah peta topografi, yaitu peta yang menyajikan gambaran
relief permukaan bumi. Relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk garis garis yang disebut garis contour. Atau dengan kata lain garis contour adalah garis yang menghubungkan tempat tempat pada ketinggian yang sama. Yang harus dipahami dalam membaca peta topografi adl mengartikan bentuk bentuk garis contour dengan benar, apakah bentukan itu berupa punggungan, lembah,jurang, sungai,sehingga akan dapat diperoleh informasi tentang tinggi rendahnya suatu tempat, bentuk, kedalaman, perkiraan kemiringan, dan sebagainya. Hal hal tersebut mutlak dikuasai sebagai dasar dalam orientasi.
Tak kalah pentingnya adalah memahami skala peta. Ini adalah penting, karena dari skala peta akan diketahui perbandingan antara kondisi di peta dengan kondisi medan yang sebenarnya. Contoh : Skala 1 : 25.000; berarti 1 cm di peta sama dengan 250 meter di medan yang sebenarnya. Selanjutnya antara skala peta, garis contour dengan medan yang sebenarnya dapat diperbandingkan. Maka sedikit banyak akan dapat diinterpretasikan keadaannya, agar kita tidak keliru dalam orientasi medan . Sebab kadang kadang pada daerah yang kita perkirakan tergambar dalam peta(pada contour), ternyata belum tergambar karena keliru dalam merperbandingkan skala peta dengan kondisi medan . Contoh: dengan skala 1 : 25.000 yang berarti 1 cm di peta sama dengan 250 meter di medan yang sebenarnya. Pada saat tertentu kita melewati suatu punggungan kecil
Kita sudah memperkirakan bahwa dengan melewati punggungan itu berarti sudah berubah contournya. Padahal kondisi punggungan itu masih kurang dari 50 meter. Berarti kita telah salah orientasi. Hal hal inilah yang harus dipahami, agar kesalahan orientasi yang terkecil dapat dihindari.
2. memahami kompas
Kompas yang biasa digunakan dalam orientasi ada 2 jenis yaitu:
a. Kompas bidik jenis prisma
b. Kompas orientasi (kompas Silva)
Pada dasarnya kedua kompas tersebut mempunyai fungsi yang sama yaitu :
Mengetahui arah
Pada posisi mendatar, jarum kompas akan selalu menunjuk arah utara. Sesuai dengan arah utara Magnet Bumi.
Membidik sasaran
Dengan kompas prisma, apabila kita ingin mengetahui berapa besar sudut kompas dari posisi kita berdiri ke sasaran bidik. Besarnya sudut bidikan akan langsung dapat diketahui. Sedangkan dengan kompas silva terdapat sedikit perbedaan dengan kompas prisma, yaitu pada kompas ini apabila kita membidik sasaran, besarnya sudut kompas tidak dapat langsung kita baca. Melainkan harus dgn penyesuaian terlebih dahulu yaitu dengan memutar piringan pembagian derajat sehingga tanda panah penyesuai atau tanda “N”(North) dapat segaris dengan jarum utara kompas. Maka besarnya sudut sudah dapat diketahui,
3. memahami peta kompasSebelum masuk ke medan yang sebenarnya kita harus mengetahui dan memahami tanda tanda medan pada peta. Misalnya nama puncak bukit, sungai, jurang, dan sebagainya. Keterangan mengenai hal ini dapat diketahui dgn membaca keterangan pada peta atau mungkin bertanya ke
pada penduduk.
Langkah selanjutnya adalah orientasi peta. Orientasi peta adalah meng Utarakan peta atau dengan kata lain menyesuaikan letak peta dengan benatng alam yang sebenarnya kita hadapi. Langkah langkah dalam orientasi peta :
a. Dengan kompas prisma
1. Letakkan peta pada bidang datar
2. Bentangkan kompas di atas peta
3. Himpitkan garis rambut pada kompas dan takik pada cincin jempol dengan sumbu Y peta
4. Geser/ putar putarkan peta tanpa posisi kompas, sampai jarum kompas dengan garis rambut sejajar dengan sumbu Y Peta.
b. Dengan kompas silva
1. Letakkan peta pada bidang datar
2. Setel piringan kompas dengan pembagian derajat pada posisi 0°, kemudian letakkan di atas peta
3. Himpitkan tanda panah penyesuai, garis penyesuai, garis bantu, sehingga sejajar dengan sumbu Y peta.
4. Geser/ putar‑putarkan peta tanpa merubah posisi kompas sampai jarum kompas dengan tanda panah penyesuai sejajar dengan sumbu Y peta.
Bila semua tahapan tersebut telah dilakukan dengan benar, berarti peta telah terorientasi.
4.memahami cara plotting di peta
Plotting adalah Menggambar atau membuat titik di peta
Membuat garis di peta Menggambar / membuat tanda tanda tertentu di peta Plotting berguna untuk membantu kita dalam membaca peta.
Contoh cara plotting di peta:
T•846 1301
Regu
Wana Demit berada pada posisi koordinat di titik A (3986:6360) + 1400 m
dpl. SMC memerintahkan regu Wana Demit Agar menuju Koordinat
T(402D:6268)
Langkah langkah dalam plotting di peta : 1. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan koordinat dimulai dari sumbu X dulu, setelah itu baru sumbu Y. (X ; Y). T ( 4020 : 6286 ) |
2. Plotting sudut peta dari A ke T
Tarik garis dari A ke T
Ukur besar sudut A ke T dari titik A ke arah garis AT dengan busur derajat/ kompas orientasi
Pembacaan sudut menggunakan sistem Azimuth (0‑360°) searah putaran jarum jam.
Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T.
3. Interpretasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T.
Interpretasi ini dapat berupa garis lurus atau berkelok-kelok mengikuti bentuk jalan setapak, bentuk alur sungai ataupun punggungan. Harus di pahami betul bentuk garis‑garis contour.
4. Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhFaktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh:
Kemiringan lereng panjang lintasan
keadaan dan kondisi medan ( hutan lebat, semak berduri, gurun pasir, ataupun berbatuan).
Keadaan cuaca rata‑rata
Waktu pelaksanaan ( pagi,siang,atau malam)
kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yg dibawa
5. Bergerak dari A menuju ke T
Catatan : sebelum bergesak biasakan melakukan check ulang segala kondisi yang ada.
Vivat et Floreat ‘
Kompas prima
nama bagian-bagiannya
1. kotak kompas dengan pembagian arah angin dan cincin karet
2. kaca kompas yg dapat diputar dengan pembagian derajat
3. pelat yg bercahaya dengan garis tanda dan garis rambut
4. garis petunjuk yg bercahaya
5. lingkaran kompas dengan pembagian derajat dan jarum kompas yg bercahaya
6. gelang kaca dari tembaga
7. tutup kompas dengan kaca, garis rambut, garis tanda yg bercahaya di bibir pelindung
8. pelindung kaca
9. sekrup pengapit
10. prisma yg dapat disetel, dengan lubang tempat melihat dan cincin jempol dengan takik Orientasi peta dengan kompas prisma
NAVIGASI
PENDAHULUAN
Navigasi adalah pengetahuan untuk mengetahui keadaan medan yang akan dihadapi, posisi kita di alam bebas dan menentukan arah serta tujuan perjalanan di alam bebas.
Pengetahuan tentang navigasi darat ini meliputi
1. Pembacaan peta
2. Penggunaan kompas
3. Penggunaan tanda‑tanda alam yang membantu kita dalam menentukan arah
Pengetahuan tentang navigasi darat ini merupakan bekal yang sangat penting bagi kita untuk bergaul dengan alam bebas dari padang ilalang, gunung hingga rimba belantara. Untuk itu memerlukan alat‑alat seperti
1. Peta topografi
2. Penggaris
3. Kompas
4. Konektor
5. Busur derajat
6. Altimeter
7. Pensil
PETA TOPOGRAFI
Peta adalah gambaran dari permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu sesuai dengan kebutuhan. Peta digambarkan di atas bidang datar dengan sistem proyeksi tertentu. Peta yang digunakan untuk kegiatan alam bebas adalah Pete Topografi.
Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang datar tentang seluruh atau sebagian permukaan bumi yang terlihat dari atas dare diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta ini bisa diperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk Garis‑Garis Kontur.
Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya, yaitu:
1. Judul Peta
Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang menonjol.
Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah dari peta.
3. Nomor Peta (Indeks Peta)
Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.
4. Pembagian Lembar Peta
Adalah penjelasan nomor‑nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah yang lebih luas.
5. Sistem Koordinat
Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah:
a. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang (LU dan LS) atau koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit dan detik. Misal Co 120° 32′ 12″ BT 5° 17′ 14″ LS.
b. Koordinat Grid
Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan.
c. Koordinat Lokal
Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis‑garis faring seperti grid pada peta.
Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistern koordinat ini adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan sering membingungkan, karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya.
Misal: 72100 mE dibaca 21, 9° 9700 mN dibaca 97, dan lain‑lain.
6. Skala Peta
Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau lapangan. Rumus jarak datar dipeta dapat di tuliskan
JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN
Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis).
Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya.
7. Orientasi Arah Utara
Pada
peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum
menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak
berada pada
satu garis. Tiga arah utara tersebut adalah: a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu
utara yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.
b. Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar
dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.
e. Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah
separuh),
yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu
mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan
oleh pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan .
Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi penyimpangan‑penyimpangan sudut, antara lain:
a.
Penyimpangan sudut antara US ‑ UP balk ke Barat maupun ke Timur,
disebut Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi
patokan adalah
Utara Sebenarnya (US).
b.
Penyimpangan sudut antara US ‑ UM balk ke Barat maupun ke Timur,
disebut Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yanmg menjadi patokan
adalah l Utara sebenarnya ((IS).
c.
Penyirnpangan sudut antara UP ‑ UM balk ke Barat maupun ke Timur,
disebut Ikhtilaf Utara Peta‑Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi
patokan adalah Utara Pela f71′). Dengan diagram sudut digambarkan
US UP UM
TRUE NORTH MAGNETIS NORTH
8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian
Garis kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi.
Sifat‑sifat garis kontur, yaitu’. a. Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu
sama lain dan tidak akan bercabang.
b. Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar.
c. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama
d. Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal.
e. Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90°.
f.
Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya
tetapi terpisah satu sama lain. Pelana yang terdapat diantara dua gunung
besar dinamakan PASS.
9. Titik Triangulasi
Selain dari garis‑garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi Titik Triangulasi adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Macam‑macam titik triangulasi
a. Titik Primer, I’. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340
c. Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975
d. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl. 875
e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670
f. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl. 7202
g. Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl. 1993
Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur yang dibuat oleh manusia maupun oleh alam. Legenda peta yang penting
untuk dipahami antara lain:
a. Titik ketinggian
b. Jalan setapak
c. Garis batas wilayah
d. Jalan raya
e. Pemukiman
f. Air
g. Kuburan
h. Dan Lain‑Lain
MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI
A. MEMBACA GARIS KONTUR
1. Punggungan Gunung
Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U, dimana Ujung dari huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek dari kontur di atasnya.
2. Lembah atau Sungai
Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) dengan Ujung yang tajam.
3. Daerah landai datar dan terjal curam
Daerah datar/landai garis kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat.
B. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR
Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408‑244/JICA TOKYO‑1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku , namun dapat dicari dengan:
1. Carl dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.
2. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).
3. Hitung jumlah kontur antara A dan B.
4. Bagilah selisih ketinggian antara A ‑ B dengan jumlah kontur antara A ‑ B, hasilnya adalah Interval Kontur.
C. UTARA PETA
Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama‑tama carilah arah utara peta tersebut. Selanjutnya lihat Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut.
D. MENGENAL TANDA MEDAN
Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan
orientasi harus juga digunakan bentuk‑bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:
1. Lembah antara dua puncak
2. Lembah yang curam
3. Persimpangan jalan atau Ujung desa
4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak
5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain‑lain.
Untuk daerah yang datar dapat digunakan‑.
1. Persimpangan jalan
2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain‑lain.
E. MENGGUNAKAN PETA
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah
tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelurn berjalan catatlah:
1. Koordinat titik awal (A)
2. Koordinat titik tujuan (B)
3. Sudut peta antara A ‑ B
4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A ‑ B
5. Berapa panjang lintasan antara A ‑ B dan berapa kira‑kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A ‑B.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah
+ Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.
+ Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta.
+ Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum.
+ Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
+ Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
+ Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan landai, berpindah punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lain‑lainnya.
+ Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan sebenarnya.
F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA
Plotting
adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda
tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta.
Misalnya Tim Bum berada pada koordinat titik A (3986 : 6360) + 1400 m
dpl. SMC memerintahkan Tim Buni agar menuju koordinat titik T (4020 :
6268) + 1301 mdpl. Maka langkah‑langkah yang harus dilakukan adalah : a. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimuali dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
b. Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A ‑ T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0″ ‑360°) searah putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T.
c. Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok‑kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipaharni betul bentuk garis garis kontur.
Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor‑faktor yang mempengaruhi waktu tempuh :
+ Kemiringan lereng + Panjang lintasan
+ Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).
+ Keadaan cuaca rata‑rata.
+ Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam).
+ Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.
G. MEMBACA KOORDINAT
Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:
1. Cara Koordinat Peta
Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan koordinat ini menggunakan
a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461) b. Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614)
2. Cara Koordinat Geografis
Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 4$’ 27,79″. Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta . Bila di sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.
H. SUDUT PETA
Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam.
Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0° ‑ 360°). Sistem Azimuth
adalah sistem yang menggunakan sudut‑sudut mendatar yang besarnya dihitung
atau diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah‑arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan.
Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut kompasnya
AZIMUTH : SUDUT KOMPAS
BACK AZIMUTH : Bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila sudut kompas < 1800 maka sudut kompas ditambah 180°. I. TEKNIK MEMBACA PETA
Prinsipnya . ” Menentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca peta dan menggunakan teknik orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan ” Titik Awal : Kita harus tahu titik keberangkatan kita, balk itu di peta maupun di lapangan. Plot titik tersebut di peta dan catat koordinatnya.
Tanda
Medan : Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus, aliran
sungai, tebing, dll) sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan.
Kenali tanda medan tersebut dengan menginterpretasikan peta.
Arah Kompas : Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai dengan arah punggungan atau sungai yang kita susuri.
Taksir Jarak
: Dalam berjalan, usahakan selalu menaksir jarak dan selalu
memperhatikan arah perjalanan. Kita dapat melihat kearah belakang dan
melihat jumalah waktu yang kita pergunakan. Jarak dihitung dengan skala
peta sehingga kita memperoleh perkiraan jarak di peta. Perlu diingat,
bahwa taksiran kita itu tidak pasti. +10′ X 10′ untuk peta 1 : 50.000
+ 20′ X 20′ untuk peta 1 : 100.000
Untuk peta ukuran 20′ X 20′ disebut juga LBD, sehingga pada 20′ pada garis sepanjang khatulistiwa (40.068 km) merupakan paralel terpanjang.
40.068 km: (360° : 20′) = 40.068 km: (360° : 1/3) = 40.068 km: (360° X 3) 40.068 km : 1080 = 37,1 km
Jadi 20′ pada garis sepanjang khatulistiwa adalah 37,1 km. Jarak 37,1 km kalau digambarkan dalam peta skala 1 : 50.000 akan mempunyai jarak : 37,1 km = 3.710.000 cm. Sehingga dipeta : 3.710.000: 50.000 = 74,2 cm.
Akibatnya I LBD peta 20′ x 20′ skala 1 : 50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 X 74,2 cm. Hal ini tidak praktis dalam pemakaiannya.
3. Lembar Peta
Dikarenakan LBD tidak praktis pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka tiap LBD dibagi menjadi 4 bagian dengan ukuran masing‑masing 10′ X 10′ atau 37,1 X 37,1 cm. Tiap‑tiap bagian itu disebut Lembar Peta atau Sheet, dan diberi huruf A, B, C, D. Jika skala peta tersebut 1 : 50.000, maka peta itu mempunyai ukuran 50.000 X 37,1 = 1.855.000 cm = 18,55 km (1ihat gambar).
4. Penomoran Lembar Peta
a. Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta adalah 106° 48′ 27,79″ BT, dipakai sebagai meridian pokok untuk penornoran peta topografi di Indonesia. Jakarta sebagai grs bujur 0
b. Panjang dari Barat ke Timur = 46° 20′, tetapi daerah yang dipetakan adalah mulai dari 12″ sebelah barat meridian Jakarta . Daerah yang tidak dipetakan adalah : 106° 48′ 27,79″ BT ‑ (12° + 46° 20′ BT) = 8′ 27,79″, daerah ini merupakan taut sehingga tidak penting untuk pemetaan darat. Tetapi penomorannya tetap dibuat
Keterangan
+ Daerah pada petak A dituliskan sheet 1/I‑A dan titik paling Utara dan paling Barat ada di Pulau Weh. + Cara pemberian nomor adalah dari Barat ke Timur dengn angka Arab (1,
2, 3, , 139). Dari Utara ke Selatan dengan angka Romawi (I, II,
III LI).
+ LBD selau mempunyai angka Arab dan Romawi. Contoh : LP No. 47[XLI atau SHEET No. 47/XLI.
+ Lembar peta selalu diben huruf, dan huruf itu terpisah dari nomor LBDnya dengan gar’s mendatar. Contoh: LP No. 47/XLI ‑ B.
c. Pada uraian diatas disebutkan bahwa garis bujur 0° Jakarta selalu membagi dua buah LBD. Maka untuk lembar peta lainnya selalu dapta dihitung berapa derajat atau menit letak lembar peta itu dan’ bujur 0° Jakarta
Contoh: Lernbar Peta No. 39/XL ‑ A terletak diantara garis 7″ dan 70 10′ LS serta 0° 40′ dan 0° 50′ Timur Jakarta. Kita harus selalu menyebutkan Lembar Peta tersebut terletak di Barat atau Timur dan’ Jakarta .
d. Pada Lembar Peta skala 1 : 50.000, LBD‑nya dibagi menjadi 4 bagian. Tetapi untuk peta skala 1 : 25.000, 1 LBD‑nya dibagi menjadi 16 bagian dan diberi huruf a sampai q dengan menghilangkan huruf j
e. Mencari batas Timur dan Selatan suatu.Sheet atau Lembar Peta.
Contoh
+ Batas Timur dari bujur 0″ Jakarta adalah 47/3 X I = 15″ 40′ Timur Jakarta atau 15° 40′ ‑ 12° = 3° 40′ BT Jakarta (batas paling Timur Sheet B).
+ Batas Selatan dan 0° Khatulistiwa adalah 47/3 : 1 = 13″ 40′ atau 13° 40′ 6″ = 7° 40′ LS. Karena terlatak pada Lembar Peta B dalam 1 LBD, maka dikurangi 10′. Sehingga didapat : 7° 40′ ‑ 10′ = 7″ 30′ LS
f. Mencari nomor Lembar Peta atau Sheet. Batas Timur Jakarta = 15″ 40′, sedang batas Selatan adalah 7″ 30′ LS. + Jumlah LBD ke Timur = 15° 40′ X 3 X 1 LBD = 47 LBD + Jumlah LBD ke Selatan 13″ 40′ X 3 x 1 LBD = 41 LBD (XLI)
g. Mencari suatu Posisi/Lokasi Contoh : sebuah pesawat terbang jatuh pada koordinat.‑ 110° 28′ BT dan 7° 30′ LS. Cari nomor Lembar Petanya Caranya adalah
+ 110° 28′ ‑ 94″ 40′ = 15″ 48′
15° 48′ X 3 = 47t’ 24′ (batas paling Timur)
+ 60 + 7″ 30′ = 13″ 30′
130 30′ X 3 = 40° 30′ (batas paling Selatan)
h. Perhitungan di Koordinat Geografis
+ CARA I
Luas dari I Sheet peta adalah 10′ X 10′, seluas 18,55 km X 18,55 km pada peta 1 ‑ 50.000. Sehingga di dapat (10 X 60 ‑ 18,5 5) ‑ 20 = 1,617,
dibulatken menjadi 1,62 (sebagai konstanta). Misal peta yang digunakan peta Sheet No. 47/XLI ‑ B
Triangulasi T. 932 terletak pada : 46 mm dari Timur dan 16 mm dari Selatan.
1915
Posisi Sheet 47/XLI ‑ B
1060 48` 27,79″ + 30 40′ = 110° 28′ 27,79″
Dari Timur: 46 mm X 1,62 = 1′ l4°52″
1100 28′ 27,79″ BT ‑ 1′ 14,52″ = 110° 27′ 13,27″ BT
(dikurangi karena semakin mendekati ke titik Jakarta ).
Dari selatan : 16 mm X 1,62 = 25,92″
7° 30′ LS ‑ 25,92″ = 7f’ 29′ 34,08″ LS (dikurangi karena semakin mendekati equator).
Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat: 110° 27′ 13,27″ BT dan 7° 29′ 34,08″ LS. 1915
Untuk penggunaan peta 1 : 25.000, cara penghitungannya sama, hanya konstantanya diubah menjadi 0,81, yang didapat dari :
{(5 X 60) : 18,55 1 : 20 = 0,808, dibulatkan menjadi 0,81
Luas dari 1 Sheet peta skala 1 : 25.000 adalah 5′ X 5′
+ CARA 11
Dari Timur : 46 mm = (46 : 37,1) X 60 = 1 ‘ 14,39″
110° 28′ 27,79″ BT ‑ 1′ 14,39″ = 11 Of’ 27′ 13,40″ BT
Dari Selatan: 16 mm = (16 :37,1) X 60 = 25,87″
7° 30′ LS ‑ 25,87″ = 7t’ 29′ 34,13″ LS
Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat : I I0” 27′ 13,40″ BT dan 7° 29′ 34,13″ LS. 1915
Pada hasil perhitungan Cara I dan Cara II terdapat selisih 0,13″ untuk BT dan 0,05″ untuk LS. Hal ini tidak jadi masalah karena masih dalam batas toleransi dan koreksi, yaitu kurang dari 1,00″.
Untuk penggunaan peta 5′ X 5′, 10′ X 10′ dan 20′ X 20′ tetap menggunakan pembagi 37,1. Sebaliknya, Jika ada laporan dengan koordinat gralicule, maka cara menentukan lokasinya pada peta adalah (Contoh) “Satu unit SRU menempati sebuah lokasi dengan koordinat 110° 27′ 13,27″ BT dan 7° 29′ 34,08″ LS, tentukan lokasi SRU tersebut pada peta Sheet No. 47/XLI ‑ B” JAWAB : Posisi peta 47/XLI ‑B : 110° 28′ 27,79″ BT sehingga 110° 27, 13,27″ BT 1 10 “27′ 13,27 1′ 14,52″ ‑ 74,52″
74,52″ : 1,62 = 46 mm dari timur, dan ukurlah dengan penggaris Batas Selatan : 7°30′ sehingga didapat 7030′ LS ‑7029′ 34.08″ = 25.92″ 25,92″ : 1,62 = 16 mm dari selatan dan ukurlah dengan penggaris Titik perpotongan kedua garis tersebut adalah lokasi dari SRU yang dimaksud, yaitu 46 mm dari sisi timur dan 16 mm dari sisi selatan berada di sekitar Tnangulasi T.932
KOMPAS dan ORIENTASI
KOMPAS
Ada banyak
macam kompas yang dapat dipakai dalam kegiatan di alam, tentunya
masing‑masing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Macam kompas yang
digunakan antara lain : Kompas Prisma, Kompas Lensa dan Kompas Silva
(Kompas Orientasi). Namun pada dasarnya fungsi kompas adalah sama, yaitu 1. Mengetahui arah
2. Membidik sasaran
Macam-macam kompas yang digunakan untuk navigasi adalah
1. Kompas Lensa
Kompas
Lensa merupakan kompas yang dilengkapi dengan lensa biconcav untuk
mempermudah dalam pembacaannya. Bahan lensa ini dapat dari logam maupun
dari fiber. Kelebihan dari lensa ini adalah:
+ Keringanannya sehingga mudah untuk dibawa dan digunakan, selain harganya yang cukup murah.
+ Memiliki pengait untuk memudahkan dalam mendatarkan kompas.
Kekurangannya adalah
+ Piringan kompas mudah sekali bergerak sehingga mempersulit kita dalam penghitungan besar sudut kompas.
+ Skala pada kompas tiap strip rnewakili dua skala, validitas pengukuran besarnya sudut kompas kurang, terutama untuk pengukuran sudut kompas dengan angka ganjil, pengukurannya berdasarkan perkiraan saja.
2. Kompas Silva
Kompas ini
sering disebut juga Kompas Orientasi, ini disebabkan oleh kemudahan
penggunaan kompas ini untuk orientasi medan . Kompas ini memiliki tanda
panah penyesuai yang terdapat di dasar piringan kompas, dilengkapi pula
dengan cermin. Selain itu disekitar piringan kompas terdapat konektor
dan penggaris. Kelebihannya adalah :
+ Memiliki cermin untuk memudahkan dalam pembacaan dan pembidikan
+ Dilengkapi dengan penggaris (dalam cm dan inchi).
+ Untuk jenis tertentu memiliki kaca pembesar dan konektor untuk peta berskala I : 50.000 dan I : 25.000.
+ Untuk jenis tertentu dilengkapi dengan lensa pembidik.
+ Dapat digunakan untuk mengukur besar sudut peta (pengganti busur derajat).
Kekurangannya adalah
+ Untuk membuat kompas terdebut datar kita harus menggunakan alat bantu yang datar.
+ Bila membidik besar sudut kornpas tidak dapat langsung diketahui.
3. Kompas Prisma
Kompas ini memiliki prisma pada bagian dekat pengait. Kompas ini terbuat dari bahan logam, dengan jarum kompas mengandung zat phosphoric yang akan memudahkan pembacaan sudut bila pada atempat gelap.
Kelebihannya adalah
+ Besar sudut bidikan bisa langsung di baca melalui prisma.
+ Dapat langsung diketahui azimuth dan back azimuthnya.
+ Mudah digunakan, mudah didatarkan.
Kekurangannya adalah
+ Terbuat dari logam sehingga berat.
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Sebelum Menggunakan KOMPAS
1. Set semua kompas yang akan dipakai (seragamkan dengan kompas yang standar). Untuk checking yang paling mudah yaitu kita pergi ke titik Triangulasi, dengan catatan daerah tersebut telah kita ketahui SPM‑nya (misal 0° 00′ 00″).
Plot salah satu tanda medan yang terlihat jelas dari Triangulasi dan juga terdapat di peta, catat besar sudut petanya, misal 50′.
+ Untuk kompas standar, besar sudut kompas bila kita membidik tanda medan tersebut dan’ titik Tnangulasi juga harus sebesar 50′. (Catatan : Cara kita membidik dan plotting sudah benar).
2. Perhatikan angka-angka pembagian derajat yang terdapat pada piringan kompas (untuk keseragaman sebaiknya menggunakan kompas dengan pembagian derajat sampai 360°). Bila kita menggunakan kompas dengan pembagian derajat 6400, maka di lapangan kita harus menghitung lagi.
ORIENTASI
A. Orientasi Peta
Sebelum
masuk daerah operasi, terlebih dahulu anda harus mengenal tanda medan
yang nantinya akan anda jumpai di lapangan. Tanda medan itu dapat di
interpretasikan di peta yang nantinya akan dipergunakan, misal : titik
ketinggian dan nama punggunungan, sungai, jurang dan lain‑lain (dapat
tanya penduduk). Perlu diperhatikan dan diingat, bahwa tanda medan akan berubah bentuknya bila dilihat dari titik kedudukan yang berlainan, maka dalam hal orientasi perlu hati‑hati.
Orientasi Peta adalah meng‑Utara‑kan peta atau dengan kata lain menyesuaikan letak peta dengan bentang alam yang kita hadapi. Hal ini merupakan cara/prosedur yang pertama kali harus dilakukan bila kita akan melakukan orientasi peta dan medan , langkahnya adalah
a. Carilah tempat terbuka, sehingga tanda‑tanda medan terlihat dengan jelas.
b. Buka dan letakkan peta pada bidang datar.
c. Setelah kompas 0″ atau 360″ , dan diatas peta yang posisi sejajar dengan garisgaris bantu orientasi pada kompas dengan sumbu Y peta,
d. Putar peta (jangan merubah posisi kompas) dan hentikan bila grid/sumbu ‑r peta sudah segans dengan jarurn kompas. Dengan demikian letak peta telah sesuai dengan arah utara (mengutarakan peta).
e. Cari tanda moment yang paling menonjol, kemudian cocokkan dengan peta dan beri tanda.
. Cari tanda medan sebanyak mungkin sehingga anda sudah mulai paham dengan daerah tersebut dan sudah dapat memperkirakan posisi anda di peta.
B. Orientasi Medan
Merupakan
cara untuk membaca kenampakan medan dan disesuaikan dengan peta, juga
untuk mengetahui arah dan posisi kita di lapangan. Ada dua cara
orientasi medan , yaitu:
1. Orientasi medan dengan kompas
Untuk mengetahui posisi kita saat berada di alam bebas, yang penting untuk dilakukan adalah menentukan arah mata angin (U,S,B dan T), lalu menentukan arah utara peta. Setalah itu menentukan posisi kita dengan pasti. Ada 2 cara yang dapat digunakan untuk menentukan posisi kita, yaitu
a. Resection
Adalah menentukan posisi kita pada peta, langkahnya adalah + Lihat dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di lapangan, seperti puncak bukit, pegunungan, tikungan potong, sungai ataupun tebing.
+ Lakukan orientasi (sesuai dengan bentang alam), kemudian cocokkan dengan peta. Bidikkan kompas dari posisi anda berdin ke salah satu tanda medan yang terlihat dan dikenal, baik di peta maupun di medan . Misalkan tanda medan adalah puncak bukit X, dengan sudut kompas sebesar 130°, maka sudut peta adalah 130° + 180° = 310° (Back A.: imuth)
+ Dengan menggunakan busur derajat dan penggaris, polakanibuatlah garis dari titik sasaran dengan acuan besar sudut peta.
+ Lakukan hal yang sama dengan titik kedua, misal Y. Bila kita melakukannya benar maka akan didapalkan tititk perpotongan antara kedua garis tersebut.
+ Titik perpolongan itulah posisi kita di peta.
Resection dapat pula dilakukan hanya dengan satu tanda medan atau titik ketinggian, bilamana kita berada pada tepi jurang, tepi sungai, jalan setapak yang ada di peta atau di garis pantai, dan sebagainya.
b. Intersection
Adalah
menetukan posisi orang lain/tempat lain, langkahnya adalah: Lihat dan
perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di lapangan, seperti puncak
bukit, pegunungan, tikungan potong, sungai ataupun tebing. Lakukan orientasi (sesuai dengan bentang alarn), kemudian cocokkan dengan peta. Bidikkan kompas dari posisi anda berdin(letaknya sudah pasti diketahui di medan dan di peta) ke saran bidik. Misal tempat anda berdiri adalah X, dengan hasil bidikan sebesar 130′ terhadap sasaran. Maka sudut peta adalah 130° (Azimuth).
Dengan menggunakan busur derajat dan penggaris, polakan/buatlah garis dari titik sasaran dengan acuan besar sudut peta.
Lakukan hal yang sama dengan tempat yang kedua, misal Y. Bila kita melakukannya benar maka akan didapatkan tititk perpotongan antara kedua garis tersebut (Usahakan selisih sudut antara X dan Y antara 30° ‑ 150°).
Titik perpotongan itulah posisi kita di peta.
Intersection bisa dilakukan bila sasaran bidik dapat kita melihat dari dua tempat yang berbeda, dengan jelas. Intersection dapat pula dilakukan hanya dengan satu tanda medan atau ttitik ketinggian, bilamana orang yang kita bidik berada pada tepi Jurang, tepi sungai, Jalan setapak yang ada di peta atau di garis pantai, dan sebagainya.
2. Orientasi medan tanpa peta dan kompas
Bila kita
berada di alam bebas tanpa membawa peta dan kompas, kita dapat
menggunakan tanda‑tanda alam untuk menunjukkan arah perjalanan kita,
diantaranya adalah a. Matahari Hanya dapat digunakan pada slang hari, yaitu mengetahui arah barat dan timur, b. Bintang Pada malam hari dapat menggunakan bintang untuk mengetahui arah perjalanan kita, antara lain
Bintang Pari menunjukkan arah selatan Bintang Orion menunjukkan arah timur dan barat c. Tanda‑tanda lain Tanda‑tanda lain yang dapat digunakan antara lain Kuburan orang Islam membujur kearah utara ‑ selatan Masjid menghadap kearah barat – timur
TEKNIK CONTOURING
Contouring
dapat diartikan dengan salah satu penerapan ilmu medan peta yaitu
menempuh perjalanan tanpa menggunakan kompas. Dalam melakukan teknik
contouring dituntut untuk lebih teliti dalam pengamatan medan . Karena
jika kita sudah salah menentukan posisi dengan contouring maka akan
mempersuli perjalanan kita dan mungkin akan tersesat. Jika kita di lapangan dengan membawa peta maka teknik contouring dapat dilakukan, dengan mengamati bentukan dengan acuan arah KAKIBATAS (Kanan, Kiri, Bawah, Atas). Tanda‑tanda medan yang dapat digunakan adalah
+ Puncak-puncak bukit
+ Bentukan sungai
+ Punggungan bukit dan terjal/landainya bukit
+ Percabangan sungai
+ Patahan tebing
+ Waterfall (air terjun)
Untuk selalu dapat berhasil melakukan teknik ini adalah dengan selalu berlatih di lapangan yang sebenarnya. Yang perlu dicamkan adalah :”Tentukan secara pasti titik awal keberangkatan, menghitung jarak tempuh dan selalu menghitung ,sudah berapa kali kita menyeberangi sungai atau lembah atau berpindah punggungan bukit”.
TEKNIK PASSING KOMPAS
Teknik ini sering digunakan dalam rnelakukan sebuah operasi SAR. Teknik ini lebih mudah dilakukan pada medan yang landai dan luas, digunakan pula untuk mengatasi rintangan yang menghalangi perjalanan kita, misal sungai atau jurang.
Cara melakukan passing kompas adalah
+ Tentukan titik (lokasi) yang menjdi tujuan kita, pada peta.
+ Ilitung sudut peta dengan kompas dari titik awal kita menuju titik tujuan dan tentukan pula back azimuthnya.
+ Perintahkan satu atau dua orang rekan kita untuk menuju arah bidikan kompas sebatas pandangan mata.
+ Kemudian anda bergerak ke depan rekan anda dan melakukan hal yang sama dengan point ketiga.
+ Postsi jarum kompas harus selalu berimpit dengan N dan S (Utara dan Selatan).
Teknik ini sering digunakan untuk mengatasi rintangan yang menghalangi perjalanan kita, misal jurang, sungai, dil. Yang utama adalah menentukan arah bidikan dan mengirimkan rekan sebagai pionir pencari jalan, dengan catatan tidak terlepas dari jangkauan rnata dan segera menempati arah bidikan kompas.
KALIBRASI KOMPAS
Kahbrasi
kompas merupakan standarisasi antara satu kompas dengan kompas lain yang
sudah dikalibrasi atau lebih akurat. Contoh, kita akan mengkalibrasi
dua buah kompas, yaitu A dan B, kemudian kita akan menggunakan kompas C
sebagai kompas standar. Untuk sasaran bidikan kita gunakan Bukit X. I angkah I : bidikkan kompas C ke arah Bukit X, dan catat sudut kompasnya (misal 45°)
I angkah ll : Bidikkan kompas A dan B ke arah Bukit X, dan catat sudut kompasnya, misal A = 47° dan B = 42°
Maka kalibrasi kompas A adalah : 47° ‑ 45° = 20 (selisih), jadi untuk hash bidikan kompas A di medan harus dikurangi 2°, karena hasil bidikannya kelebihan 2° dari kompas standar (kompas C). Sedangkan kalibrasi kompas B adalah : 45° ‑ 42° _ 30 (selisih), jadi untuk hasil bidikan kompas B di medan harus dikurangi 3°, karena hasil bidikannya kelebihan 3~’ dari kompas standar (kompas C).
Catatan
Untuk menghidari terjadinya penyimpangan sudut kompas pada ikhtilafnya maka harus dihindarkan dari
1. Senjata berat, sejauh 60 meter
2. Senjata nngan, sejauh 40 meter
3. Pagar kawat, sejauh 10 meter
4. Parang, pisau dan logam kecil lainya, sejauh 3 meter atau lebih
in
materi Navigasi
DASAR DASAR PETA KOMPAS
UNTUK ORIENTASI
Bagi seorang pecinta alam, adalah biasa bergelut dengan alam baik itu alam pegunungan ataupun alam rimba belantara. Dalam bergelut dengan alam, khususnya alam pegunungan, sudah selayaknya seorang pecinta alam mengenal peta yang menggambarkan kondisi fisik derah pegunungan. Karena dgn menggunakan peta sedikit banyak akan membantu dalam suatu perjalanan baik itu pada kegiatan pendakian ataupun pada saat belajar orientasi medan .
Dasar dasar yang harus diketahui untuk orientasi medan :
1. Memahami peta
Peta yang digunakan untuk orientasi medan adalah peta topografi, yaitu peta yang menyajikan gambaran relief
permukaan bumi. Relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam
bentuk garis garis yang disebut garis contour. Atau dengan kata lain
garis contour adalah garis yang menghubungkan tempat tempat pada
ketinggian yang sama. Yang harus dipahami dalam membaca peta topografi
adl mengartikan bentuk bentuk garis contour dengan benar, apakah bentukan itu berupa punggungan, lembah,jurang, sungai,sehingga akan dapat diperoleh informasi tentang tinggi rendahnya suatu tempat, bentuk, kedalaman, perkiraan kemiringan, dan sebagainya. Hal hal tersebut mutlak dikuasai sebagai dasar dalam orientasi. Tak kalah pentingnya adalah memahami skala peta. Ini adalah penting, karena dari skala peta akan diketahui perbandingan antara kondisi di peta dengan kondisi medan yang sebenarnya. Contoh : Skala 1 : 25.000; berarti 1 cm di peta sama dengan 250 meter di medan yang sebenarnya. Selanjutnya antara skala peta, garis contour dengan medan yang sebenarnya dapat diperbandingkan. Maka sedikit banyak akan dapat diinterpretasikan keadaannya, agar kita tidak keliru dalam orientasi medan . Sebab kadang kadang pada daerah yang kita perkirakan tergambar dalam peta(pada contour), ternyata belum tergambar karena keliru dalam merperbandingkan skala peta dengan kondisi medan . Contoh: dengan skala 1 : 25.000 yang berarti 1 cm di peta sama dengan 250 meter di medan yang sebenarnya. Pada saat tertentu kita melewati suatu punggungan kecil
Kita sudah memperkirakan bahwa dengan melewati punggungan itu berarti sudah berubah contournya. Padahal kondisi punggungan itu masih kurang dari 50 meter. Berarti kita telah salah orientasi. Hal hal inilah yang harus dipahami, agar kesalahan orientasi yang terkecil dapat dihindari.
2. Memahami Kompas
Kompas yang biasa digunakan dalam orientasi ada 2 jenis yaitu: a. Kompas bidik jenis prisma
b. Kompas orientasi (kompas Silva)
Pada dasarnya kedua kompas tersebut mempunyai fungsi yang sama yaitu :
Mengetahui arah
Pada posisi mendatar, jarum kompas akan selalu menunjuk arah utara. Sesuai dengan arah utara Magnet Bumi.
Membidik sasaran
Dengan kompas prisma, apabila kita ingin mengetahui berapa besar sudut kompas dari posisi kita berdiri ke sasaran bidik. Besarnya sudut bidikan akan langsung dapat diketahui. Sedangkan dengan kompas silva terdapat sedikit perbedaan dengan kompas prisma, yaitu pada kompas ini apabila kita membidik sasaran, besarnya sudut kompas tidak dapat langsung kita baca. Melainkan harus dgn penyesuaian terlebih dahulu yaitu dengan memutar piringan pembagian derajat sehingga tanda panah penyesuai atau tanda “N”(North) dapat segaris dengan jarum utara kompas. Maka besarnya sudut sudah dapat diketahui,
3. Memahami Peta Kompas
Sebelum masuk ke medan yang sebenarnya kita harus mengetahui dan memahami tanda tanda medan pada peta.
Misalnya nama puncak bukit, sungai, jurang, dan sebagainya. Keterangan
mengenai hal ini dapat diketahui dgn membaca keterangan pada peta atau
mungkin bertanya ke pada penduduk.
Langkah selanjutnya adalah orientasi peta. Orientasi peta adalah meng Utarakan peta atau dengan kata lain menyesuaikan letak peta dengan benatng alam yang sebenarnya kita hadapi. Langkah langkah dalam orientasi peta :
a. Dengan kompas prisma
1. Letakkan peta pada bidang datar
2. Bentangkan kompas di atas peta
3. Himpitkan garis rambut pada kompas dan takik pada cincin jempol dengan sumbu Y peta
4. Geser/ putar putarkan peta tanpa posisi kompas, sampai jarum kompas dengan garis rambut sejajar dengan sumbu Y Peta.
b. Dengan kompas silva
1. Letakkan peta pada bidang datar
2. Setel piringan kompas dengan pembagian derajat pada posisi 0°, kemudian letakkan di atas peta
3. Himpitkan tanda panah penyesuai, garis penyesuai, garis bantu, sehingga sejajar dengan sumbu Y peta.
4. Geser/ putar‑putarkan peta tanpa merubah posisi kompas sampai jarum kompas dengan tanda panah penyesuai sejajar dengan sumbu Y peta.
Bila semua tahapan tersebut telah dilakukan dengan benar, berarti peta telah terorientasi.
4. Memahami Cara Plotting di Peta
Plotting adalah Menggambar atau membuat titik di peta Membuat garis di peta Menggambar / membuat tanda tanda tertentu di peta Plotting berguna untuk membantu kita dalam membaca peta.
Contoh cara plotting di peta:
T•846
1301
Regu
Wana Demit berada pada posisi koordinat di titik A (3986:6360) + 1400 m
dpl. SMC memerintahkan regu Wana Demit Agar menuju Koordinat
T(402D:6268)
Langkah langkah dalam plotting di peta : 1. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan koordinat dimulai dari sumbu X dulu, setelah itu baru sumbu Y. (X ; Y). T ( 4020 : 6286 ) |
2. Plotting sudut peta dari A ke T
Tarik garis dari A ke T
Ukur besar sudut A ke T dari titik A ke arah garis AT dengan busur derajat/ kompas orientasi
Pembacaan sudut menggunakan sistem Azimuth (0‑360°) searah putaran jarum jam.
Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T.
3. Interpretasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T.
Interpretasi ini dapat berupa garis lurus atau berkelok-kelok mengikuti bentuk jalan setapak, bentuk alur sungai ataupun punggungan. Harus di pahami betul bentuk garis‑garis contour.
4. Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhFaktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh:
Kemiringan lereng panjang lintasan
keadaan dan kondisi medan ( hutan lebat, semak berduri, gurun pasir, ataupun berbatuan).
Keadaan cuaca rata‑rata
Waktu pelaksanaan ( pagi,siang,atau malam)
kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yg dibawa
5. Bergerak dari A menuju ke T
Catatan : sebelum bergesak biasakan melakukan check ulang segala kondisi yang ada.
Vivat et Floreat ‘
Kompas prima
nama bagian-bagiannya
1. kotak kompas dengan pembagian arah angin dan cincin karet
2. kaca kompas yg dapat diputar dengan pembagian derajat
3. pelat yg bercahaya dengan garis tanda dan garis rambut
4. garis petunjuk yg bercahaya
5. lingkaran kompas dengan pembagian derajat dan jarum kompas yg bercahaya
6. gelang kaca dari tembaga
7. tutup kompas dengan kaca, garis rambut, garis tanda yg bercahaya di bibir pelindung
8. pelindung kaca
9. sekrup pengapit
10. prisma yg dapat disetel, dengan lubang tempat melihat dan cincin jempol dengan takik Orientasi peta dengan kompas prisma
NAVIGASI
PENDAHULUAN
Navigasi adalah pengetahuan untuk mengetahui keadaan medan yang akan dihadapi, posisi kita di alam bebas dan menentukan arah serta tujuan perjalanan di alam bebas.
Pengetahuan tentang navigasi darat ini meliputi
1. Pembacaan peta
2. Penggunaan kompas
3. Penggunaan tanda‑tanda alam yang membantu kita dalam menentukan arah
Pengetahuan tentang navigasi darat ini merupakan bekal yang sangat penting bagi kita untuk bergaul dengan alam bebas dari padang ilalang, gunung hingga rimba belantara. Untuk itu memerlukan alat‑alat seperti
1. Peta topografi
2. Penggaris
3. Kompas
4. Konektor
5. Busur derajat
6. Altimeter
7. Pensil
PETA TOPOGRAFI
Peta adalah gambaran dari permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu sesuai dengan kebutuhan. Peta digambarkan di atas bidang datar dengan sistem proyeksi tertentu. Peta yang digunakan untuk kegiatan alam bebas adalah Pete Topografi.
Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang datar tentang seluruh atau sebagian permukaan bumi yang terlihat dari atas dare diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta ini bisa diperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk Garis‑Garis Kontur.
Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya, yaitu:
1. Judul Peta
Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang menonjol.
Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah dari peta.
3. Nomor Peta (Indeks Peta)
Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.
4. Pembagian Lembar Peta
Adalah penjelasan nomor‑nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah yang lebih luas.
5. Sistem Koordinat
Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah:
a. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang (LU dan LS) atau koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit dan detik. Misal Co 120° 32′ 12″ BT 5° 17′ 14″ LS.
b. Koordinat Grid
Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan.
c. Koordinat Lokal
Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis‑garis faring seperti grid pada peta.
Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistern koordinat ini adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan sering membingungkan, karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya.
Misal: 72100 mE dibaca 21, 9° 9700 mN dibaca 97, dan lain‑lain.
6. Skala Peta
Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau lapangan. Rumus jarak datar dipeta dapat di tuliskan
JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN
Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis).
Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya.
7. Orientasi Arah Utara
Pada
peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum
menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak
berada pada
satu garis. Tiga arah utara tersebut adalah: a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu
utara yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.
b. Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar
dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.
e. Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah
separuh),
yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu
mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan
oleh pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan .
Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi penyimpangan‑penyimpangan sudut, antara lain:
a.
Penyimpangan sudut antara US ‑ UP balk ke Barat maupun ke Timur,
disebut Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi
patokan adalah
Utara Sebenarnya (US).
b.
Penyimpangan sudut antara US ‑ UM balk ke Barat maupun ke Timur,
disebut Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yanmg menjadi patokan
adalah l Utara sebenarnya ((IS).
c.
Penyirnpangan sudut antara UP ‑ UM balk ke Barat maupun ke Timur,
disebut Ikhtilaf Utara Peta‑Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi
patokan adalah Utara Pela f71′). Dengan diagram sudut digambarkan
US UP UM
TRUE NORTH MAGNETIS NORTH
8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian
Garis kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi.
Sifat‑sifat garis kontur, yaitu’. a. Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu
sama lain dan tidak akan bercabang.
b. Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar.
c. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama
d. Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal.
e. Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90°.
f.
Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya
tetapi terpisah satu sama lain. Pelana yang terdapat diantara dua gunung
besar dinamakan PASS.
9. Titik Triangulasi
Selain dari garis‑garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi Titik Triangulasi adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Macam‑macam titik triangulasi
a. Titik Primer, I’. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340
c. Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975
d. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl. 875
e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670
f. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl. 7202
g. Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl. 1993
Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur yang dibuat oleh manusia maupun oleh alam. Legenda peta yang penting
untuk dipahami antara lain:
a. Titik ketinggian
b. Jalan setapak
c. Garis batas wilayah
d. Jalan raya
e. Pemukiman
f. Air
g. Kuburan
h. Dan Lain‑Lain
MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI
A. MEMBACA GARIS KONTUR
1. Punggungan Gunung
Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U, dimana Ujung dari huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek dari kontur di atasnya.
2. Lembah atau Sungai
Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) dengan Ujung yang tajam.
3. Daerah landai datar dan terjal curam
Daerah datar/landai garis kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat.
B. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR
Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408‑244/JICA TOKYO‑1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku , namun dapat dicari dengan:
1. Carl dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.
2. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).
3. Hitung jumlah kontur antara A dan B.
4. Bagilah selisih ketinggian antara A ‑ B dengan jumlah kontur antara A ‑ B, hasilnya adalah Interval Kontur.
C. UTARA PETA
Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama‑tama carilah arah utara peta tersebut. Selanjutnya lihat Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut.
D. MENGENAL TANDA MEDAN
Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan
orientasi harus juga digunakan bentuk‑bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:
1. Lembah antara dua puncak
2. Lembah yang curam
3. Persimpangan jalan atau Ujung desa
4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak
5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain‑lain.
Untuk daerah yang datar dapat digunakan‑.
1. Persimpangan jalan
2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain‑lain.
E. MENGGUNAKAN PETA
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah
tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelurn berjalan catatlah:
1. Koordinat titik awal (A)
2. Koordinat titik tujuan (B)
3. Sudut peta antara A ‑ B
4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A ‑ B
5. Berapa panjang lintasan antara A ‑ B dan berapa kira‑kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A ‑B.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah
+ Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.
+ Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta.
+ Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum.
+ Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
+ Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
+ Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan landai, berpindah punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lain‑lainnya.
+ Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan sebenarnya.
F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA
Plotting
adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda
tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta.
Misalnya Tim Bum berada pada koordinat titik A (3986 : 6360) + 1400 m
dpl. SMC memerintahkan Tim Buni agar menuju koordinat titik T (4020 :
6268) + 1301 mdpl. Maka langkah‑langkah yang harus dilakukan adalah : a. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimuali dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
b. Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A ‑ T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0″ ‑360°) searah putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T.
c. Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok‑kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipaharni betul bentuk garis garis kontur.
Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor‑faktor yang mempengaruhi waktu tempuh :
+ Kemiringan lereng + Panjang lintasan
+ Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).
+ Keadaan cuaca rata‑rata.
+ Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam).
+ Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.
G. MEMBACA KOORDINAT
Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:
1. Cara Koordinat Peta
Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan koordinat ini menggunakan
a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461) b. Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614)
2. Cara Koordinat Geografis
Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 4$’ 27,79″. Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta . Bila di sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.
H. SUDUT PETA
Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam.
Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0° ‑ 360°). Sistem Azimuth
adalah sistem yang menggunakan sudut‑sudut mendatar yang besarnya dihitung
atau diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah‑arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan.
Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut kompasnya
AZIMUTH : SUDUT KOMPAS
BACK AZIMUTH : Bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila sudut kompas < 1800 maka sudut kompas ditambah 180°. I. TEKNIK MEMBACA PETA
Prinsipnya . ” Menentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca peta dan menggunakan teknik orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan ” Titik Awal : Kita harus tahu titik keberangkatan kita, balk itu di peta maupun di lapangan. Plot titik tersebut di peta dan catat koordinatnya.
Tanda
Medan : Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus, aliran
sungai, tebing, dll) sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan.
Kenali tanda medan tersebut dengan menginterpretasikan peta.
Arah Kompas : Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai dengan arah punggungan atau sungai yang kita susuri.
Taksir Jarak
: Dalam berjalan, usahakan selalu menaksir jarak dan selalu
memperhatikan arah perjalanan. Kita dapat melihat kearah belakang dan
melihat jumalah waktu yang kita pergunakan. Jarak dihitung dengan skala
peta sehingga kita memperoleh perkiraan jarak di peta. Perlu diingat,
bahwa taksiran kita itu tidak pasti. +10′ X 10′ untuk peta 1 : 50.000
+ 20′ X 20′ untuk peta 1 : 100.000
Untuk peta ukuran 20′ X 20′ disebut juga LBD, sehingga pada 20′ pada garis sepanjang khatulistiwa (40.068 km) merupakan paralel terpanjang.
40.068 km: (360° : 20′) = 40.068 km: (360° : 1/3) = 40.068 km: (360° X 3) 40.068 km : 1080 = 37,1 km
Jadi 20′ pada garis sepanjang khatulistiwa adalah 37,1 km. Jarak 37,1 km kalau digambarkan dalam peta skala 1 : 50.000 akan mempunyai jarak : 37,1 km = 3.710.000 cm. Sehingga dipeta : 3.710.000: 50.000 = 74,2 cm.
Akibatnya I LBD peta 20′ x 20′ skala 1 : 50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 X 74,2 cm. Hal ini tidak praktis dalam pemakaiannya.
3. Lembar Peta
Dikarenakan LBD tidak praktis pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka tiap LBD dibagi menjadi 4 bagian dengan ukuran masing‑masing 10′ X 10′ atau 37,1 X 37,1 cm. Tiap‑tiap bagian itu disebut Lembar Peta atau Sheet, dan diberi huruf A, B, C, D. Jika skala peta tersebut 1 : 50.000, maka peta itu mempunyai ukuran 50.000 X 37,1 = 1.855.000 cm = 18,55 km (1ihat gambar).
4. Penomoran Lembar Peta
a. Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta adalah 106° 48′ 27,79″ BT, dipakai sebagai meridian pokok untuk penornoran peta topografi di Indonesia. Jakarta sebagai grs bujur 0
b. Panjang dari Barat ke Timur = 46° 20′, tetapi daerah yang dipetakan adalah mulai dari 12″ sebelah barat meridian Jakarta . Daerah yang tidak dipetakan adalah : 106° 48′ 27,79″ BT ‑ (12° + 46° 20′ BT) = 8′ 27,79″, daerah ini merupakan taut sehingga tidak penting untuk pemetaan darat. Tetapi penomorannya tetap dibuat
Keterangan
+ Daerah pada petak A dituliskan sheet 1/I‑A dan titik paling Utara dan paling Barat ada di Pulau Weh. + Cara pemberian nomor adalah dari Barat ke Timur dengn angka Arab (1,
2, 3, , 139). Dari Utara ke Selatan dengan angka Romawi (I, II,
III LI).
+ LBD selau mempunyai angka Arab dan Romawi. Contoh : LP No. 47[XLI atau SHEET No. 47/XLI.
+ Lembar peta selalu diben huruf, dan huruf itu terpisah dari nomor LBDnya dengan gar’s mendatar. Contoh: LP No. 47/XLI ‑ B.
c. Pada uraian diatas disebutkan bahwa garis bujur 0° Jakarta selalu membagi dua buah LBD. Maka untuk lembar peta lainnya selalu dapta dihitung berapa derajat atau menit letak lembar peta itu dan’ bujur 0° Jakarta
Contoh: Lernbar Peta No. 39/XL ‑ A terletak diantara garis 7″ dan 70 10′ LS serta 0° 40′ dan 0° 50′ Timur Jakarta. Kita harus selalu menyebutkan Lembar Peta tersebut terletak di Barat atau Timur dan’ Jakarta .
d. Pada Lembar Peta skala 1 : 50.000, LBD‑nya dibagi menjadi 4 bagian. Tetapi untuk peta skala 1 : 25.000, 1 LBD‑nya dibagi menjadi 16 bagian dan diberi huruf a sampai q dengan menghilangkan huruf j
e. Mencari batas Timur dan Selatan suatu.Sheet atau Lembar Peta.
Contoh
+ Batas Timur dari bujur 0″ Jakarta adalah 47/3 X I = 15″ 40′ Timur Jakarta atau 15° 40′ ‑ 12° = 3° 40′ BT Jakarta (batas paling Timur Sheet B).
+ Batas Selatan dan 0° Khatulistiwa adalah 47/3 : 1 = 13″ 40′ atau 13° 40′ 6″ = 7° 40′ LS. Karena terlatak pada Lembar Peta B dalam 1 LBD, maka dikurangi 10′. Sehingga didapat : 7° 40′ ‑ 10′ = 7″ 30′ LS
f. Mencari nomor Lembar Peta atau Sheet. Batas Timur Jakarta = 15″ 40′, sedang batas Selatan adalah 7″ 30′ LS. + Jumlah LBD ke Timur = 15° 40′ X 3 X 1 LBD = 47 LBD + Jumlah LBD ke Selatan 13″ 40′ X 3 x 1 LBD = 41 LBD (XLI)
g. Mencari suatu Posisi/Lokasi Contoh : sebuah pesawat terbang jatuh pada koordinat.‑ 110° 28′ BT dan 7° 30′ LS. Cari nomor Lembar Petanya Caranya adalah
+ 110° 28′ ‑ 94″ 40′ = 15″ 48′
15° 48′ X 3 = 47t’ 24′ (batas paling Timur)
+ 60 + 7″ 30′ = 13″ 30′
130 30′ X 3 = 40° 30′ (batas paling Selatan)
h. Perhitungan di Koordinat Geografis
+ CARA I
Luas dari I Sheet peta adalah 10′ X 10′, seluas 18,55 km X 18,55 km pada peta 1 ‑ 50.000. Sehingga di dapat (10 X 60 ‑ 18,5 5) ‑ 20 = 1,617,
dibulatken menjadi 1,62 (sebagai konstanta). Misal peta yang digunakan peta Sheet No. 47/XLI ‑ B
Triangulasi T. 932 terletak pada : 46 mm dari Timur dan 16 mm dari Selatan.
1915
Posisi Sheet 47/XLI ‑ B
1060 48` 27,79″ + 30 40′ = 110° 28′ 27,79″
Dari Timur: 46 mm X 1,62 = 1′ l4°52″
1100 28′ 27,79″ BT ‑ 1′ 14,52″ = 110° 27′ 13,27″ BT
(dikurangi karena semakin mendekati ke titik Jakarta ).
Dari selatan : 16 mm X 1,62 = 25,92″
7° 30′ LS ‑ 25,92″ = 7f’ 29′ 34,08″ LS (dikurangi karena semakin mendekati equator).
Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat: 110° 27′ 13,27″ BT dan 7° 29′ 34,08″ LS. 1915
Untuk penggunaan peta 1 : 25.000, cara penghitungannya sama, hanya konstantanya diubah menjadi 0,81, yang didapat dari :
{(5 X 60) : 18,55 1 : 20 = 0,808, dibulatkan menjadi 0,81
Luas dari 1 Sheet peta skala 1 : 25.000 adalah 5′ X 5′
+ CARA 11
Dari Timur : 46 mm = (46 : 37,1) X 60 = 1 ‘ 14,39″
110° 28′ 27,79″ BT ‑ 1′ 14,39″ = 11 Of’ 27′ 13,40″ BT
Dari Selatan: 16 mm = (16 :37,1) X 60 = 25,87″
7° 30′ LS ‑ 25,87″ = 7t’ 29′ 34,13″ LS
Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat : I I0” 27′ 13,40″ BT dan 7° 29′ 34,13″ LS. 1915
Pada hasil perhitungan Cara I dan Cara II terdapat selisih 0,13″ untuk BT dan 0,05″ untuk LS. Hal ini tidak jadi masalah karena masih dalam batas toleransi dan koreksi, yaitu kurang dari 1,00″.
Untuk penggunaan peta 5′ X 5′, 10′ X 10′ dan 20′ X 20′ tetap menggunakan pembagi 37,1. Sebaliknya, Jika ada laporan dengan koordinat gralicule, maka cara menentukan lokasinya pada peta adalah (Contoh) “Satu unit SRU menempati sebuah lokasi dengan koordinat 110° 27′ 13,27″ BT dan 7° 29′ 34,08″ LS, tentukan lokasi SRU tersebut pada peta Sheet No. 47/XLI ‑ B” JAWAB : Posisi peta 47/XLI ‑B : 110° 28′ 27,79″ BT sehingga 110° 27, 13,27″ BT 1 10 “27′ 13,27 1′ 14,52″ ‑ 74,52″
74,52″ : 1,62 = 46 mm dari timur, dan ukurlah dengan penggaris Batas Selatan : 7°30′ sehingga didapat 7030′ LS ‑7029′ 34.08″ = 25.92″ 25,92″ : 1,62 = 16 mm dari selatan dan ukurlah dengan penggaris Titik perpotongan kedua garis tersebut adalah lokasi dari SRU yang dimaksud, yaitu 46 mm dari sisi timur dan 16 mm dari sisi selatan berada di sekitar Tnangulasi T.932
KOMPAS dan ORIENTASI
KOMPAS
Ada banyak
macam kompas yang dapat dipakai dalam kegiatan di alam, tentunya
masing‑masing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Macam kompas yang
digunakan antara lain : Kompas Prisma, Kompas Lensa dan Kompas Silva
(Kompas Orientasi). Namun pada dasarnya fungsi kompas adalah sama, yaitu 1. Mengetahui arah
2. Membidik sasaran
Macam-macam kompas yang digunakan untuk navigasi adalah
1. Kompas Lensa
Kompas
Lensa merupakan kompas yang dilengkapi dengan lensa biconcav untuk
mempermudah dalam pembacaannya. Bahan lensa ini dapat dari logam maupun
dari fiber. Kelebihan dari lensa ini adalah:
+ Keringanannya sehingga mudah untuk dibawa dan digunakan, selain harganya yang cukup murah.
+ Memiliki pengait untuk memudahkan dalam mendatarkan kompas.
Kekurangannya adalah
+ Piringan kompas mudah sekali bergerak sehingga mempersulit kita dalam penghitungan besar sudut kompas.
+ Skala pada kompas tiap strip rnewakili dua skala, validitas pengukuran besarnya sudut kompas kurang, terutama untuk pengukuran sudut kompas dengan angka ganjil, pengukurannya berdasarkan perkiraan saja.
2. Kompas Silva
Kompas ini
sering disebut juga Kompas Orientasi, ini disebabkan oleh kemudahan
penggunaan kompas ini untuk orientasi medan . Kompas ini memiliki tanda
panah penyesuai yang terdapat di dasar piringan kompas, dilengkapi pula
dengan cermin. Selain itu disekitar piringan kompas terdapat konektor
dan penggaris. Kelebihannya adalah :
+ Memiliki cermin untuk memudahkan dalam pembacaan dan pembidikan
+ Dilengkapi dengan penggaris (dalam cm dan inchi).
+ Untuk jenis tertentu memiliki kaca pembesar dan konektor untuk peta berskala I : 50.000 dan I : 25.000.
+ Untuk jenis tertentu dilengkapi dengan lensa pembidik.
+ Dapat digunakan untuk mengukur besar sudut peta (pengganti busur derajat).
Kekurangannya adalah
+ Untuk membuat kompas terdebut datar kita harus menggunakan alat bantu yang datar.
+ Bila membidik besar sudut kornpas tidak dapat langsung diketahui.
3. Kompas Prisma
Kompas ini memiliki prisma pada bagian dekat pengait. Kompas ini terbuat dari bahan logam, dengan jarum kompas mengandung zat phosphoric yang akan memudahkan pembacaan sudut bila pada atempat gelap.
Kelebihannya adalah
+ Besar sudut bidikan bisa langsung di baca melalui prisma.
+ Dapat langsung diketahui azimuth dan back azimuthnya.
+ Mudah digunakan, mudah didatarkan.
Kekurangannya adalah
+ Terbuat dari logam sehingga berat.
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Sebelum Menggunakan KOMPAS
1. Set semua kompas yang akan dipakai (seragamkan dengan kompas yang standar). Untuk checking yang paling mudah yaitu kita pergi ke titik Triangulasi, dengan catatan daerah tersebut telah kita ketahui SPM‑nya (misal 0° 00′ 00″).
Plot salah satu tanda medan yang terlihat jelas dari Triangulasi dan juga terdapat di peta, catat besar sudut petanya, misal 50′.
+ Untuk kompas standar, besar sudut kompas bila kita membidik tanda medan tersebut dan’ titik Tnangulasi juga harus sebesar 50′. (Catatan : Cara kita membidik dan plotting sudah benar).
2. Perhatikan angka-angka pembagian derajat yang terdapat pada piringan kompas (untuk keseragaman sebaiknya menggunakan kompas dengan pembagian derajat sampai 360°). Bila kita menggunakan kompas dengan pembagian derajat 6400, maka di lapangan kita harus menghitung lagi.
ORIENTASI
A. Orientasi Peta
Sebelum
masuk daerah operasi, terlebih dahulu anda harus mengenal tanda medan
yang nantinya akan anda jumpai di lapangan. Tanda medan itu dapat di
interpretasikan di peta yang nantinya akan dipergunakan, misal : titik
ketinggian dan nama punggunungan, sungai, jurang dan lain‑lain (dapat
tanya penduduk). Perlu diperhatikan dan diingat, bahwa tanda medan akan berubah bentuknya bila dilihat dari titik kedudukan yang berlainan, maka dalam hal orientasi perlu hati‑hati.
Orientasi Peta adalah meng‑Utara‑kan peta atau dengan kata lain menyesuaikan letak peta dengan bentang alam yang kita hadapi. Hal ini merupakan cara/prosedur yang pertama kali harus dilakukan bila kita akan melakukan orientasi peta dan medan , langkahnya adalah
a. Carilah tempat terbuka, sehingga tanda‑tanda medan terlihat dengan jelas.
b. Buka dan letakkan peta pada bidang datar.
c. Setelah kompas 0″ atau 360″ , dan diatas peta yang posisi sejajar dengan garisgaris bantu orientasi pada kompas dengan sumbu Y peta,
d. Putar peta (jangan merubah posisi kompas) dan hentikan bila grid/sumbu ‑r peta sudah segans dengan jarurn kompas. Dengan demikian letak peta telah sesuai dengan arah utara (mengutarakan peta).
e. Cari tanda moment yang paling menonjol, kemudian cocokkan dengan peta dan beri tanda.
. Cari tanda medan sebanyak mungkin sehingga anda sudah mulai paham dengan daerah tersebut dan sudah dapat memperkirakan posisi anda di peta.
B. Orientasi Medan
Merupakan
cara untuk membaca kenampakan medan dan disesuaikan dengan peta, juga
untuk mengetahui arah dan posisi kita di lapangan. Ada dua cara
orientasi medan , yaitu:
1. Orientasi medan dengan kompas
Untuk mengetahui posisi kita saat berada di alam bebas, yang penting untuk dilakukan adalah menentukan arah mata angin (U,S,B dan T), lalu menentukan arah utara peta. Setalah itu menentukan posisi kita dengan pasti. Ada 2 cara yang dapat digunakan untuk menentukan posisi kita, yaitu
a. Resection
Adalah menentukan posisi kita pada peta, langkahnya adalah + Lihat dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di lapangan, seperti puncak bukit, pegunungan, tikungan potong, sungai ataupun tebing.
+ Lakukan orientasi (sesuai dengan bentang alam), kemudian cocokkan dengan peta. Bidikkan kompas dari posisi anda berdin ke salah satu tanda medan yang terlihat dan dikenal, baik di peta maupun di medan . Misalkan tanda medan adalah puncak bukit X, dengan sudut kompas sebesar 130°, maka sudut peta adalah 130° + 180° = 310° (Back A.: imuth)
+ Dengan menggunakan busur derajat dan penggaris, polakanibuatlah garis dari titik sasaran dengan acuan besar sudut peta.
+ Lakukan hal yang sama dengan titik kedua, misal Y. Bila kita melakukannya benar maka akan didapalkan tititk perpotongan antara kedua garis tersebut.
+ Titik perpolongan itulah posisi kita di peta.
Resection dapat pula dilakukan hanya dengan satu tanda medan atau titik ketinggian, bilamana kita berada pada tepi jurang, tepi sungai, jalan setapak yang ada di peta atau di garis pantai, dan sebagainya.
b. Intersection
Adalah
menetukan posisi orang lain/tempat lain, langkahnya adalah: Lihat dan
perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di lapangan, seperti puncak
bukit, pegunungan, tikungan potong, sungai ataupun tebing. Lakukan orientasi (sesuai dengan bentang alarn), kemudian cocokkan dengan peta. Bidikkan kompas dari posisi anda berdin(letaknya sudah pasti diketahui di medan dan di peta) ke saran bidik. Misal tempat anda berdiri adalah X, dengan hasil bidikan sebesar 130′ terhadap sasaran. Maka sudut peta adalah 130° (Azimuth).
Dengan menggunakan busur derajat dan penggaris, polakan/buatlah garis dari titik sasaran dengan acuan besar sudut peta.
Lakukan hal yang sama dengan tempat yang kedua, misal Y. Bila kita melakukannya benar maka akan didapatkan tititk perpotongan antara kedua garis tersebut (Usahakan selisih sudut antara X dan Y antara 30° ‑ 150°).
Titik perpotongan itulah posisi kita di peta.
Intersection bisa dilakukan bila sasaran bidik dapat kita melihat dari dua tempat yang berbeda, dengan jelas. Intersection dapat pula dilakukan hanya dengan satu tanda medan atau ttitik ketinggian, bilamana orang yang kita bidik berada pada tepi Jurang, tepi sungai, Jalan setapak yang ada di peta atau di garis pantai, dan sebagainya.
2. Orientasi medan tanpa peta dan kompas
Bila kita
berada di alam bebas tanpa membawa peta dan kompas, kita dapat
menggunakan tanda‑tanda alam untuk menunjukkan arah perjalanan kita,
diantaranya adalah a. Matahari Hanya dapat digunakan pada slang hari, yaitu mengetahui arah barat dan timur, b. Bintang Pada malam hari dapat menggunakan bintang untuk mengetahui arah perjalanan kita, antara lain
Bintang Pari menunjukkan arah selatan Bintang Orion menunjukkan arah timur dan barat c. Tanda‑tanda lain Tanda‑tanda lain yang dapat digunakan antara lain Kuburan orang Islam membujur kearah utara ‑ selatan Masjid menghadap kearah barat – timur
TEKNIK CONTOURING
Contouring
dapat diartikan dengan salah satu penerapan ilmu medan peta yaitu
menempuh perjalanan tanpa menggunakan kompas. Dalam melakukan teknik
contouring dituntut untuk lebih teliti dalam pengamatan medan . Karena
jika kita sudah salah menentukan posisi dengan contouring maka akan
mempersuli perjalanan kita dan mungkin akan tersesat. Jika kita di lapangan dengan membawa peta maka teknik contouring dapat dilakukan, dengan mengamati bentukan dengan acuan arah KAKIBATAS (Kanan, Kiri, Bawah, Atas). Tanda‑tanda medan yang dapat digunakan adalah
+ Puncak-puncak bukit
+ Bentukan sungai
+ Punggungan bukit dan terjal/landainya bukit
+ Percabangan sungai
+ Patahan tebing
+ Waterfall (air terjun)
Untuk selalu dapat berhasil melakukan teknik ini adalah dengan selalu berlatih di lapangan yang sebenarnya. Yang perlu dicamkan adalah :”Tentukan secara pasti titik awal keberangkatan, menghitung jarak tempuh dan selalu menghitung ,sudah berapa kali kita menyeberangi sungai atau lembah atau berpindah punggungan bukit”.
TEKNIK PASSING KOMPAS
Teknik ini sering digunakan dalam rnelakukan sebuah operasi SAR. Teknik ini lebih mudah dilakukan pada medan yang landai dan luas, digunakan pula untuk mengatasi rintangan yang menghalangi perjalanan kita, misal sungai atau jurang.
Cara melakukan passing kompas adalah
+ Tentukan titik (lokasi) yang menjdi tujuan kita, pada peta.
+ Ilitung sudut peta dengan kompas dari titik awal kita menuju titik tujuan dan tentukan pula back azimuthnya.
+ Perintahkan satu atau dua orang rekan kita untuk menuju arah bidikan kompas sebatas pandangan mata.
+ Kemudian anda bergerak ke depan rekan anda dan melakukan hal yang sama dengan point ketiga.
+ Postsi jarum kompas harus selalu berimpit dengan N dan S (Utara dan Selatan).
Teknik ini sering digunakan untuk mengatasi rintangan yang menghalangi perjalanan kita, misal jurang, sungai, dil. Yang utama adalah menentukan arah bidikan dan mengirimkan rekan sebagai pionir pencari jalan, dengan catatan tidak terlepas dari jangkauan rnata dan segera menempati arah bidikan kompas.
KALIBRASI KOMPAS
Kahbrasi
kompas merupakan standarisasi antara satu kompas dengan kompas lain yang
sudah dikalibrasi atau lebih akurat. Contoh, kita akan mengkalibrasi
dua buah kompas, yaitu A dan B, kemudian kita akan menggunakan kompas C
sebagai kompas standar. Untuk sasaran bidikan kita gunakan Bukit X. I angkah I : bidikkan kompas C ke arah Bukit X, dan catat sudut kompasnya (misal 45°)
I angkah ll : Bidikkan kompas A dan B ke arah Bukit X, dan catat sudut kompasnya, misal A = 47° dan B = 42°
Maka kalibrasi kompas A adalah : 47° ‑ 45° = 20 (selisih), jadi untuk hash bidikan kompas A di medan harus dikurangi 2°, karena hasil bidikannya kelebihan 2° dari kompas standar (kompas C). Sedangkan kalibrasi kompas B adalah : 45° ‑ 42° _ 30 (selisih), jadi untuk hasil bidikan kompas B di medan harus dikurangi 3°, karena hasil bidikannya kelebihan 3~’ dari kompas standar (kompas C).
Catatan
Untuk menghidari terjadinya penyimpangan sudut kompas pada ikhtilafnya maka harus dihindarkan dari
1. Senjata berat, sejauh 60 meter
2. Senjata nngan, sejauh 40 meter
3. Pagar kawat, sejauh 10 meter
4. Parang, pisau dan logam kecil lainya, sejauh 3 meter atau lebih
Materi Survival
SURVIVAL
Mengapa Ada Survival
Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
· Keadaan alam (cuaca dan medan )
· Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
· Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.
Definisi Survival
Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi pencinta alam
S : Sadar dalam keadaan gawat darurat
U : Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
R : Rasa takut dan putus asa hilangkan
V : Vitalitas tingkatkan
I : Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
V : Variasi alam bisa dimanfaatkan
A : Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
L : Lancar, slaman, slumun, slamet
Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival tsb, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah “STOP” yang artinya :
S : Stop & seating / berhenti dan duduklah
T : Thingking / berpikirlah
O : Observe / amati keadaan sekitar
P : Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan
Kebutuhan survival
Yang harus dipunyai oleh seorang survivor
1. Sikap mental
- Semangat untuk tetap hidup
- Kepercayaan diri
- Akal sehat
– Disiplin dan rencana matang
– Kemampuan belajar dari pengalaman
2. Pengetahuan
– Cara membuat bivak
– Cara memperoleh air
– Cara mendapatkan makanan
– Cara membuat api
– Pengetahuan orientasi medan
– Cara mengatasi gangguan binatang
– Cara mencari pertolongan
3. Pengalaman dan latihan
– Latihan mengidentifikasikan tanaman
– Latihan membuat trap, dll
4. Peralatan
– Kotak survival
– Pisau jungle , dll
5. Kemauan belajar
Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :
· Mengkoordinasi anggota
· Melakukan pertolongan pertama
· Melihat kemampuan anggota
· Mengadakan orientasi medan
· Mengadakan penjatahan makanan
· Membuat rencana dan pembagian tugas
· Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia kuar
· Membuat jejak dan perhatian
· Mendapatkan pertolongan
Bahaya-bahaya dalam survival
Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :
1. Ketegangan dan panik
Pencegahan :
– Sering berlatih
– Berpikir positif dan optimis
– Persiapan fisik dan mental
2. Matahari / panas
– Kelelahan panas
– Kejang panas
– Sengatan panas
Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas :
– Penyakit akut/kronis
– Baru sembuh dari penyakit
– Demam
– Baru memperoleh vaksinasi
– Kurang tidur
– Kelelahan
– Terlalu gemuk
– Penyakit kulit yang merata
– Pernah mengalami sengatan udara panas
– Minum alkohol
– Dehidrasi
Pencegahan keadaan panas :
– Aklimitasi
– Persedian air
– Mengurangi aktivitas
– Garam dapur
– Pakaian :
- Longgar
- Lengan panjang
- Celana pendek
- Kaos oblong
3. Serangan penyakit
– Demam
– Disentri
– Typus
– Malaria
4. Kemerosotan mental
Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah
Keadaan lingkungan mencekam
Pencegahan : Usahakan tenang
Banyak berlatih
5. Bahaya binatang beracun dan berbisa
Keracunan
Gejala : Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang
mencret, kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan.
Penyebab : Makanan dan minuman beracun
Pencegahan : Air garam di minum
Minum air sabun mandi panas
Minum teh pekat
Di tohok anak tekaknya
6. Keletihan amat sangat
Pencegahan : Makan makanan berkalori
Membatasi kegiatan
7. Kelaparan
8. Lecet
9. Kedinginan
Untuk penurunan suhu tubuh < 30° C bisa menyebabkan kematian
Membuat Bivak (Shelter)
Tujuan : untuk melindungi dari angin, panas, hujan, dingin
Macam :
a. Shelter asli alam
Gua : Bukan tempat persembunyian binatang
Tidak ada gas beracun
Tidak mudah longsor
b. Shelter buatan dari alam
c. Shelter buatan
Syarat bivak : Hindari daerah aliran air Di atas shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh Bukan sarang nyamuk/serangga Bahan kuat Jangan terlalu merusak alam sekitar Terlindung langsung dari angin
Mengatasi Gangguan Binatang
a. Nyamuk
· Obat nyamuk, autan, dll
· Bunga kluwih dibakar
· Gombal dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk
· Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk
b. Laron
· Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan
c. Lebah
Apabila disengat lebah :
· Oleskan air bawang merah pada luka berkali-kali
· Tempelkan tanah basah/liat di atas luka
· Jangan dipijit-pijit
· Tempelkan pecahan genting panas di atas luka
d. Lintah
Apabila digigit lintah :
· Teteskan air tembakau pada lintahnya
· Taburkan garam di atas lintahnya
· Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya
· Taburkan abu rokok di atas lintahnya
e. Semut
· Gosokkan obat gosok pada luka gigitan
· Letakkan cabe merah pada jalan semut
· Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut
f. Kalajengking dan lipan
· Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar
· Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit
· Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka
· Bobokkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka
· Taburkan garam di sekeliling bivak untuk pencegahan
g. Ular
Pembahasan lebih lanjut dalam materi EMC
Membuat Perangkap (Trap)
Macam-macam trap :
· Perangkap model menggantung
· Perangkap tali sederhana
· Perangkap lubang jerat
· Perangkap menimpa
· Apace foot share
Bahan :
· tali/kawat
· Umpan
· Batang kayu
· Cabang pohon
Membaca Jejak
Jenis :
· Jejak buatan : dibuat oleh manusia
· Jejak alami : tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan
Jejak alami biasanya menyatakan tentang :
· Jenis binatang yang lewat
· Arah gerak binatang
· Besar kecilnya binatang
· Cepat lambatnya gerak binatang
Membaca jejak alami dapat diketahui dari :
· Kotoran yang tersisa
· Pohon atau ranting yang patah
· Lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput
Air
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 – 30 hari tanpa makan, tapi orang tsb hanya dapat bertahan hidup 3 – 5 hari saja tanpa air.
Air yang tidak perlu dimurnikan :
1. Hujan
Tampung dengan ponco atau-daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan
2. Dari tanaman rambat/rotan
Potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut
3. Dari tanaman
Air yang terdapat pada bunga (kantung semar) dan lumut
Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu :
1. Air sungai besar
2. Air sungai tergenang
3. Air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut)
4. Air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan
5. Air dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya lalu buat lubang maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan
Makanan
Patokan memilih makanan :
· Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia
· Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
· Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo
· Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan-lengan-bibir-lidah, tunggu sesaat. Apabila aman bisa dimakan
· Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam
Hubungan air dan makanan
· Untuk air yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit
· Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan
· Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak
Tumbuhan yang dapat dimakan
Dari batangnya :
· Batang pohon pisang (putihnya)
· Bambu yang masih muda (rebung)
· Pakis dalamnya berwarna putih
· Sagu dalamnya berwarna putih
· Tebu
Dari daunnya :
· Selada air
· Rasamala (yang masih muda)
· Daun mlinjo
· Singkong
Akar dan umbinya :
· Ubi jalar, talas, singkong
Buahnya :
· Arbei, asam jawa, juwet
Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :
· Jamur merang, jamur kayu
Ciri-ciri jamur beracun :
· Mempunyai warna mencolok
· Baunya tidak sedap
· Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning
· Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan
· Bila diraba mudah hancur
· Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
· Tumbuh dari kotoran hewan
· Mengeluarkan getah putih
Binatang yang bisa dimakan
· Belalang
· Jangkrik
· Tempayak putih (gendon)
· Cacing
· Jenis burung
· Laron
· Lebah , larva, madu
· Siput
· Kadal : bagia belakang dan ekor
· Katak hijau
· Ular : 1/3 bagian tubuh tengahnya
· Binatang besar lainnya
Binatang yang tidak bisa dimakan
· Mengandung bisa : lipan dan kalajengking
· Mengandung racun : penyu laut
· Mengandung bau yang khas : sigung
Api
Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.
1. Dengan lensa / Kaca pembesar
Fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang mudah terbakar.
2. Gesekan kayu dengan kayu.
Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar
3. Busur dan gurdi
Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan penyala agar mudah tebakar.
Bahan penyala yang baik adalah kawul terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren
Survival kit
Ialah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan :
· Perlengkapan memancing
· Pisau
· Tali kecil
· Senter
· Cermin suryakanta, cermin kecil
· Peluit
· Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air
· Tablet garam, norit
· Obat-obatan pribadi
· Jarum + benang + peniti
dll
Mengapa Ada Survival
Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
· Keadaan alam (cuaca dan medan )
· Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
· Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.
Definisi Survival
Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi pencinta alam
S : Sadar dalam keadaan gawat darurat
U : Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
R : Rasa takut dan putus asa hilangkan
V : Vitalitas tingkatkan
I : Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
V : Variasi alam bisa dimanfaatkan
A : Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
L : Lancar, slaman, slumun, slamet
Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival tsb, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah “STOP” yang artinya :
S : Stop & seating / berhenti dan duduklah
T : Thingking / berpikirlah
O : Observe / amati keadaan sekitar
P : Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan
Kebutuhan survival
Yang harus dipunyai oleh seorang survivor
1. Sikap mental
- Semangat untuk tetap hidup
- Kepercayaan diri
- Akal sehat
– Disiplin dan rencana matang
– Kemampuan belajar dari pengalaman
2. Pengetahuan
– Cara membuat bivak
– Cara memperoleh air
– Cara mendapatkan makanan
– Cara membuat api
– Pengetahuan orientasi medan
– Cara mengatasi gangguan binatang
– Cara mencari pertolongan
3. Pengalaman dan latihan
– Latihan mengidentifikasikan tanaman
– Latihan membuat trap, dll
4. Peralatan
– Kotak survival
– Pisau jungle , dll
5. Kemauan belajar
Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :
· Mengkoordinasi anggota
· Melakukan pertolongan pertama
· Melihat kemampuan anggota
· Mengadakan orientasi medan
· Mengadakan penjatahan makanan
· Membuat rencana dan pembagian tugas
· Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia kuar
· Membuat jejak dan perhatian
· Mendapatkan pertolongan
Bahaya-bahaya dalam survival
Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :
1. Ketegangan dan panik
Pencegahan :
– Sering berlatih
– Berpikir positif dan optimis
– Persiapan fisik dan mental
2. Matahari / panas
– Kelelahan panas
– Kejang panas
– Sengatan panas
Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas :
– Penyakit akut/kronis
– Baru sembuh dari penyakit
– Demam
– Baru memperoleh vaksinasi
– Kurang tidur
– Kelelahan
– Terlalu gemuk
– Penyakit kulit yang merata
– Pernah mengalami sengatan udara panas
– Minum alkohol
– Dehidrasi
Pencegahan keadaan panas :
– Aklimitasi
– Persedian air
– Mengurangi aktivitas
– Garam dapur
– Pakaian :
- Longgar
- Lengan panjang
- Celana pendek
- Kaos oblong
3. Serangan penyakit
– Demam
– Disentri
– Typus
– Malaria
4. Kemerosotan mental
Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah
Keadaan lingkungan mencekam
Pencegahan : Usahakan tenang
Banyak berlatih
5. Bahaya binatang beracun dan berbisa
Keracunan
Gejala : Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang
mencret, kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan.
Penyebab : Makanan dan minuman beracun
Pencegahan : Air garam di minum
Minum air sabun mandi panas
Minum teh pekat
Di tohok anak tekaknya
6. Keletihan amat sangat
Pencegahan : Makan makanan berkalori
Membatasi kegiatan
7. Kelaparan
8. Lecet
9. Kedinginan
Untuk penurunan suhu tubuh < 30° C bisa menyebabkan kematian
Membuat Bivak (Shelter)
Tujuan : untuk melindungi dari angin, panas, hujan, dingin
Macam :
a. Shelter asli alam
Gua : Bukan tempat persembunyian binatang
Tidak ada gas beracun
Tidak mudah longsor
b. Shelter buatan dari alam
c. Shelter buatan
Syarat bivak : Hindari daerah aliran air Di atas shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh Bukan sarang nyamuk/serangga Bahan kuat Jangan terlalu merusak alam sekitar Terlindung langsung dari angin
Mengatasi Gangguan Binatang
a. Nyamuk
· Obat nyamuk, autan, dll
· Bunga kluwih dibakar
· Gombal dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk
· Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk
b. Laron
· Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan
c. Lebah
Apabila disengat lebah :
· Oleskan air bawang merah pada luka berkali-kali
· Tempelkan tanah basah/liat di atas luka
· Jangan dipijit-pijit
· Tempelkan pecahan genting panas di atas luka
d. Lintah
Apabila digigit lintah :
· Teteskan air tembakau pada lintahnya
· Taburkan garam di atas lintahnya
· Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya
· Taburkan abu rokok di atas lintahnya
e. Semut
· Gosokkan obat gosok pada luka gigitan
· Letakkan cabe merah pada jalan semut
· Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut
f. Kalajengking dan lipan
· Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar
· Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit
· Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka
· Bobokkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka
· Taburkan garam di sekeliling bivak untuk pencegahan
g. Ular
Pembahasan lebih lanjut dalam materi EMC
Membuat Perangkap (Trap)
Macam-macam trap :
· Perangkap model menggantung
· Perangkap tali sederhana
· Perangkap lubang jerat
· Perangkap menimpa
· Apace foot share
Bahan :
· tali/kawat
· Umpan
· Batang kayu
· Cabang pohon
Membaca Jejak
Jenis :
· Jejak buatan : dibuat oleh manusia
· Jejak alami : tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan
Jejak alami biasanya menyatakan tentang :
· Jenis binatang yang lewat
· Arah gerak binatang
· Besar kecilnya binatang
· Cepat lambatnya gerak binatang
Membaca jejak alami dapat diketahui dari :
· Kotoran yang tersisa
· Pohon atau ranting yang patah
· Lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput
Air
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 – 30 hari tanpa makan, tapi orang tsb hanya dapat bertahan hidup 3 – 5 hari saja tanpa air.
Air yang tidak perlu dimurnikan :
1. Hujan
Tampung dengan ponco atau-daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan
2. Dari tanaman rambat/rotan
Potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut
3. Dari tanaman
Air yang terdapat pada bunga (kantung semar) dan lumut
Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu :
1. Air sungai besar
2. Air sungai tergenang
3. Air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut)
4. Air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan
5. Air dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya lalu buat lubang maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan
Makanan
Patokan memilih makanan :
· Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia
· Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
· Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo
· Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan-lengan-bibir-lidah, tunggu sesaat. Apabila aman bisa dimakan
· Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam
Hubungan air dan makanan
· Untuk air yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit
· Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan
· Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak
Tumbuhan yang dapat dimakan
Dari batangnya :
· Batang pohon pisang (putihnya)
· Bambu yang masih muda (rebung)
· Pakis dalamnya berwarna putih
· Sagu dalamnya berwarna putih
· Tebu
Dari daunnya :
· Selada air
· Rasamala (yang masih muda)
· Daun mlinjo
· Singkong
Akar dan umbinya :
· Ubi jalar, talas, singkong
Buahnya :
· Arbei, asam jawa, juwet
Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :
· Jamur merang, jamur kayu
Ciri-ciri jamur beracun :
· Mempunyai warna mencolok
· Baunya tidak sedap
· Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning
· Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan
· Bila diraba mudah hancur
· Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
· Tumbuh dari kotoran hewan
· Mengeluarkan getah putih
Binatang yang bisa dimakan
· Belalang
· Jangkrik
· Tempayak putih (gendon)
· Cacing
· Jenis burung
· Laron
· Lebah , larva, madu
· Siput
· Kadal : bagia belakang dan ekor
· Katak hijau
· Ular : 1/3 bagian tubuh tengahnya
· Binatang besar lainnya
Binatang yang tidak bisa dimakan
· Mengandung bisa : lipan dan kalajengking
· Mengandung racun : penyu laut
· Mengandung bau yang khas : sigung
Api
Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.
1. Dengan lensa / Kaca pembesar
Fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang mudah terbakar.
2. Gesekan kayu dengan kayu.
Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar
3. Busur dan gurdi
Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan penyala agar mudah tebakar.
Bahan penyala yang baik adalah kawul terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren
Survival kit
Ialah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan :
· Perlengkapan memancing
· Pisau
· Tali kecil
· Senter
· Cermin suryakanta, cermin kecil
· Peluit
· Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air
· Tablet garam, norit
· Obat-obatan pribadi
· Jarum + benang + peniti
dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar